KOMPAS.com - Kehilangan pasangan hidup -baik suami maupun istri- pasti menjadi kenyataan yang sangat berat bagi semua orang.
Baik kematian tersebut terjadi karena peristiwa tiba-tiba, maupun karena sakit yang telah dialami dalam waktu panjang.
Suatu hari seseorang menikah. Namun, di saat yang sama, mereka juga harus siap jika suatu hari ditinggalkan oleh pasangan, dan kembali sendiri.
Pada situasi tersebut, kebanyakan orang merasakan emosi yang intens, perubahan gaya hidup dan perubahan hal-hal lain menyusul kenyataan itu.
Baca juga: Jarak Usia dalam Memilih Pasangan Hidup, Apa Pentingnya?
Tak sedikit yang meragukan masa depan mereka, karena merasa tak lagi memiliki semangat dalam menjalani hidup.
Seiring berjalannya waktu, rasa duka cita tersebut memang akan surut dan hidup yang baru pun bergulir.
Namun, banyak orang merasa, untuk tiba dalam momentum tersebut tidaklah mudah. Lalu, bagaimana caranya?
1. Jangan perberat diri sendiri
Tidak ada cara yang "tepat" untuk bereaksi terhadap situasi ketika ditinggal orang tercinta.
Ada banyak variabel yang berkontribusi terhadap reaksi tersebut.
Misalnya, berapa lama usia pernikahan, dan sebahagia apa jalannya pernikahan tersebut, hingga bagaimana cara pasangan meninggal.
Saat momentum itu tiba, rasa kaget, lumpuh, patah hati, dan juga bingung bakal menyeruak.
Tangisan sepanjang hari, atau pun tidak menangis sama sekali. Reaksi terhadap rasa duka cita berbeda pada setiap orang.
Baca juga: Ayah Tampan Ini Sukses Hentikan Tangisan Bayi dalam 3 Detik
Bersiaplah dengan keluarga atau kerabat yang mungkin tidak tahu apa yang harus mereka sampaikan lalu mengatakan kalimat klise, seperti "dia akan lebih bahagia di sana".
Seringkali orang-orang yang bermaksud baik dan berniat meringankan pikiran, bingung untuk membicarakan kematian tersebut, namun bukan berarti mereka tidak peduli.
Yakinilah bahwa keluarga dan kerabat juga merasakan duka cita tersebut, dan perasaan itu mungkin saja reda jika berbagi memori tentang pasangan.
2. Rawat kesehatan fisik