KOMPAS.com - Dalam keseharian kehidupan, kita banyak bersentuhan dengan benda-benda yang tanpa disadari ternyata kotor dan mengandung banyak kuman.
Simaklah sederet daftar di bawah ini. Pernahkah kamu menyadari bahwa benda-benda tersebut lebih kotor, bahkan dibandingkan dengan alas duduk kloset sekalipun.
Di tahun 2013, tim peneliti Inggris memeriksa 30 gawai, 30 ponsel dan alas duduk kloset di kantor.
Dari penelitian itu ditemukan, gawai mengandung 600 unit bakteri staphylococcus (staph: bisa menyebabkan infeksi kulit).
Lalu, ponsel mengandung 140 unit bakteri. Sementara, dudukan toilet hanya memiliki kurang dari 20 unit bakteri.
Baca juga: Tak Perlu Jongkok di Toilet Umum untuk Menghindari Bakteri
Keran di kamar mandi bisa memiliki 21 kali lebih banyak bakteri dibanding dudukan toilet.
Sementara keran di dapur bahkan mencapai 44 kali lebih banyak.
Maka, kita disarankan untuk menggunakan desinfektan dan membersihkan wastafel secara teratur.
Saat memeriksa 25 tas tangan, peneliti menemukan bahwa tas rata-rata tiga kali lebih kotor dibanding alas duduk kloset.
Tas yang digunakan secara rutin, bahkan 10 kali lebih kotor. Tali tas yang mengandung paling banyak bakteri.
Bahkan, virus radang lambung terbukti ada yang berasal dari tas belanja yang digunakan ulang.
Baca juga: Seberapa Sering Harus Mengganti Sikat Gigi?
Sejauh kamu menyiram toilet, semburan air yang mengandung kotoran bisa menyebar hingga sejauh enam meter.
Demikian diungkapkan Dr Philip Tierno Jr, pakar mikorobiologi di New York University.
Sehingga, jika kamu membiarkan sikat gigi dalam kondisi terbuka di atas wastafel, kotoran bisa hinggap di sikat gigimu.
Hasil studi di Universitas Toronto menemukan, tombol lift mengandung lebih banyak bakteri dibandingkan alas duduk kloset.
Studi lain di Arab Saudi mengatakan, 97 persen tombol lift terkontaminasi.
Disebutkan, satu diantara 10 lift memiliki kuman yang bisa menyebabkan keracunan makanan atau infeksi sinus.
Dr. Peter Barratt, Direktur Initial Washroom Hygiene, mengatakan kepada MailOnline, bakteri membutuh tiga elemen untuk berkembang.
Ketiga elemen itu adalah kelembapan, suhu hangat, dan materi organik.
"Tentu handuk menjadi basah dan partikel kulit mati menempel padanya usai digunakan. Ini menjadi makanan organik bagi mikroba," kata dia.
Jadi, sebaiknya handuk dicuci seminggu sekali dengan suhu panas.
Baca juga: Seperti Olahraga, Berendam Air Panas Pun Bakar Kalori
Setiap tombol yang kamu pencet pada anjungan tunai mandiri (ATM), rata-rata mengandung 120 kuman - termasuk virus influensa dan E. coli.
Data ini diungkapkan pada peneliti Universitas Arizona.
Disebutkan pula, sebanyak 94 persen lembaran uang membawa bakteri yang bisa mendatangkan penyakit.
Ini merupakan hasil studi Southern Medical Journal.
Bakteri senang bermukim di dalam karpet. Menurut Readers Digest, rata-rata per orang kehilangan 1,5 juta sel kulit setiap jam, dan karpet memiliki 200.000 bakteri per inci persegi.
Artinya, karpet bagaikan surga makanan (sel kulit) bagi bakteri. Jadi, amat baik untuk membersihkan karpet dengan sistem uap setidaknya setahun sekali.
Baca juga: Karpet Karya Desainer Virgil Abloh Dilelang di Jakarta
Ada 200 kali lebih banyak bakteri fecal (bakteri yang ditemukan pada tinja) pada talenan biasa dibandingkan dengan dudukan WC.
Pandangan ini diungkapkan pakar kebersihan Dr. Gerba kepada Fairfax.
Pengolahan makanan mentah mewujudkan kondisi yang ideal bagi kuman. "Dan, mengelap meja dapur justru akan semakin menyebar kuman," kata Gerba.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.