Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Orangtua, "Ujung Tombak" Perlindungan Anak dari Risiko Obesitas

Kompas.com - 20/06/2019, 13:00 WIB
Glori K. Wadrianto

Editor

KOMPAS.com - Data menunjukkan, ada tak kurang dari 14 juta anak dan remaja di Amerika Serikat yang mengalami obesitas.

Selama ini, kondisi kelebihan berat badan saat kanak-kanak kerap dikaitkan dengan masalah obesitas saat mereka dewasa.

Yang lebih memprihatinkan adalah bahwa sejak tahun 1970-an, tingkat obesitas di masa kanak-kanak telah meningkat tiga kali lipat.

Data itu dirilis Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), AS, seperti dikutip dari laman goodmorningamerica.com.

CDC menyebut, anak-anak yang kelebihan berat badan atau obesitas berisiko lebih tinggi terkena masalah medis.

Baca juga: Anak yang Kurang Tidur Berisiko Obesitas

Ada risiko terkena diabetes tipe 2, tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, hingga gangguan tidur seperti sleep apnea.

Jika demikian, strategi apa yang dapat digunakan orangtua untuk membantu anak-anak mempertahankan gaya hidup sehat dan terhindar dari obesitas?

Para peneliti di the Pennington Biomedical Research Center belum lama ini mempelajari sebuah program baru yang dikenal dengan nama DRIVE (Developing Relationships that Include Values of Eating and Exercise).

DRIVE menekankan keterlibatan orangtua dalam mengurangi risiko obesitas pada anak.

Hasil riset ini dipublikasikan dalam Journal of Nutrition Education and Behavior edisi Juni 2019.

"Orangtua yang menjadi sumber perubahan adalah faktor yang membuat program ini bekerja," kata Dr. John Apolzan.

John Apolzan adalah asisten profesor di klinik Nutrisi dan Metabolisme di the Pennington Biomedical Research Center. Dia juga adalah salah satu penulis dalam riset ini. 

Disebutkan, peneliti mengambil 16 keluarga yang memiliki anak 2-6 tahun sebagai responden.

Secara acak, 16 responden tersebut dibagi dalam dua kelompok, health education group dan grup DRIVE -yang memiliki program menajemen berat badan yang lebih ketat.

Sementara, grup health education hanya dikirimkan pamflet tentang nutrisi dan strategi pengasuhan anak untuk perubahan, tetapi tidak menerima pelatihan atau intervensi yang personal.

Baca juga: Sebabkan Obesitas, Mengapa Masih Banyak Orang Menyukai Makanan Olahan?

Sementara itu, keluarga dalam kelompok DRIVE bertemu dengan seorang psikolog atau ahli gizi.

Mereka ditantang untuk  terlibat dalam lebih banyak kegiatan kebugaran fisik dan merencanakan makanan yang lebih sehat bagi keluarga.

Selanjutnya, para peneliti mengamati perkembangan keluarga-keluarga itu dalam tempo 19 minggu, sambil memonitor perubahan berat badan, lingkar pinggang, dan indeks massa tubuh (BMI).

Dari pengamatan itu diperoleh data, ada pengurangan peningkatan BMI pada anak-anak dalam kelompok DRIVE.

Tercatat, kenaikan rata-rata 0,3 kilogram dalam sembilan minggu, dan 0,6 kilogram dalam 19 minggu.

Capaian ini dikategorikan dalam percepatan pertumbuhan yang normal.

Di sisi lain, beberapa orangtua dalam kelompok DRIVE ada yang mampu mengurangi berat badan, dengan rata-rata mencapai 3,4 kilogram di akhir penelitian. 

Sementara, keluarga dari satu kelompok lainnya, tercatat mendapatkan penambahan berat badan rata-rata 1,5 kilogram dalam sembilan minggu.

Lalu, di akhir minggu ke-19 mereka mendapatkan penambahan berat badan rata-rata 2,2 kilogram.

Baca juga: Takut Meninggal, Pria Obesitas Ini Berjuang Turunkan Berat Badan

Para peneliti menarik kesimpulan, kondisi penambahan berat badan pada kelompok ini terjadi karena program yang kurang terstruktur.  

Apolzan menekankan, studi DRIVE bukanlah studi penurunan berat badan, tetapi lebih difokuskan pada manajemen berat badan anak-anak yang berisiko untuk obesitas.

Peneliti lantas meletakkan titik berat perhatian pada keluarga untuk mengadopsi praktik gaya hidup yang lebih sehat.

Membantu anak-anak tetap hidup dengan gaya yang aktif, dan asupan rendah gula, serta memastikan ketersediaan buah dan sayur adalah langkah umum yang bisa diambil setiap keluarga, untuk hidup lebih sehat. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com