Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 24/06/2019, 20:00 WIB
Nabilla Tashandra,
Lusia Kus Anna

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kelelahan sudah jadi bagian dari kehidupan orang modern yang jadwalnya padat. Jika kamu seorang pekerja, mungkin kamu cukup sering mendengar keluhan rekan kerjamu soal kelelahan, kurang tidur atau tubuh yang lemas.

Menurut sebuah studi yang dilakukan OnePoll.com, rata-rata warga Inggris menghabiskan lebih dari 7,5 tahun hidup mereka dengan rasa lelah.

Para orang dewasa yang disuervei mengatakan sekitar 3 jam dalam sehari merasa lesu dan kurang energi.

Apakah gejala kelelahan ini berbahaya?

Kelelahan ekstrim bisa jadi bukan hanya tanda bahwa kita mengalami stres dan tubuh membutuhkan waktu lebih untuk tidur.

Kondisi ini bisa menjadi tanda sindrom kelelahan kronis (SKL), sebuah gangguan kompleks yang ditandai dengan kelelahan terus-menerus.

"Kondisi ini membuat kita tidak berfungsi seperti keadaan normal biasanya," kata spesialis CFS sekaligus profesor psikologi di DePaul University, Chicago, Leonard A. Jason, Ph.D.

Seringkali kita sulit mendapat diagnosa yang tepat waktu karena tidak ada laboratorium atau tes khusus untuk mengkonfirmasi gangguan tersebut. Sehingga para dokter belum mampu menentukan penyebab pastinya, serta gejala SKL yang mengacu pada penyakit lainnya, seperti fibromialgia (nyeri otot disertai kelelahan) dan depresi.

Baca juga: Bagaimana Kelelahan Bisa Menyebabkan Kematian?

Faktanya, 90 persen kasus tidak terdiagnosa. Cobalah tanyakan beberapa pertanyaan berikut pada dirimu sendiri. Jika kamu menjawab "ya" pada satu atau beberapa jawaban, mungkin kamu perlu berkonsultasi ke dokter untuk mencari tahu apakah kamu membutuhkan diagnosa SKL lebih lanjut.

1. Apakah kamu tetap meraaa kelelahan setelah tidur sepanjang malam?

Ini adalah salah satu pertanyaan kunci dari sindrom kelelahan kronis, yaitu tidur tidak membuat rasa lelah hilang.

Bayangkan, apakah ketika jam sudah menunjukkan Pukul 10.00 atau 12.00 siang namun tubuhmu masih sulit untuk beranjak dari tempat tidur? Padahal kamu sudah tidur sepanjang malam. Hal ini bisa jadi merupakan sindrom kelelahan kronis.

Apa yang memicu kondisi ini masih menjadi misteri, meskipun beberapa orang menduga penyebabnya adalah perkembangan gejala setelah infeksi virus.

Beberapa pakar meyakini bahwa SKL disebabkan oleh sejumlah faktor, seperti sistem imun yang overaktif dan kondisi hormon tidak normal.

Baca juga: Terungkap, Alasan Penderita Depresi Suka Dengar Lagu Sedih

2. Apakah kamu merasa lelah dalam waktu yang panjang?

Beberapa orang merasakan kelelahan parah dalam beberapa hari atau minggu saja. Namun, mereka yang mengalami sindrom kelelahan kronis menderita kelelahan parah selama lebih dari enam bulan.

"Sekitar seperempat populasi merasakan lelah pada satu waktu, tapi hanya 5 persen di antaranya yang merasakan kelelahan lebih dari enam bulan," kata Jason.

IlustrasiThinkstockphotos Ilustrasi

Kelelahan itu terkadang bukan karena aktivitas berat atau stres emosional. Bahkan aktivitas harian seperti jalan kaki, kerja di kantor, atau naik tangga, juga membuat kelelahan mereka sulit pulih. Mereka kemudian membutuhkan berhari-hari untuk sedikit pulih.

Sindrom kelelahan kronis juga bisa terjadi karena kurang berolahraga rutin.

3. Apakah sedikit aktivitas saja membuatmu 'tumbang'?

Gejala seperti migrain, nyeri otot dan sendi, pembengkakan kelenjar getah bening, dan sakit tenggorokan bisa dialami oleh penderita SKL.

Para dokter tidak yakin apa saja yang menjadi penyebab sakit tersebut, namun banyak riset menjelaskan bahwa peradangan kronis pada tubuh bisa menjadi salah satu gejala yang menjelaskan semua rasa sakit tersebut.

4. Apakah kamu merasakan sakit?

Jika kamu didiagnosa mengalami rasa sakit lain, seperti fibromialgia atau rheumatoid arthritis, namun pengobatan yang dijalani tidak membuatmu membaik, maka kamu perlu berkonsultasi lebih lanjut dengan dokter. Bisa jadi kamu mengalami sindrom kelelahan kronis.

5. Apakah kerja otakmu menurun?

Lebih dari 90 persen pasien sindrom kelelahan kronis mengeluhkan masalah kognitif, seperti lamban berpikir, masalah dalam memahami bacaan, gangguan ingatan, atau mengalami 'brain fog'.

Depresi juga menjadi gejala yang cukup umum. Penelitian menunjukkan bahwa sindrom kelelahan kronis seringkali berkaitan dengan gangguan pada jaringan pemrosesan otak, yang bisa menjelaskan mengapa bagian kognitif otak terganggu dan masalah mental kerap terjadi.

Jika kamu merasa menemukan gejala sindrom kelelahan kronis, jangan ragu untuk mengkonsultasikannya kepada dokter.

Baca juga: Tips Kesehatan Mental untuk Milenial yang Lelah

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com