Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 28/06/2019, 19:43 WIB
Nabilla Tashandra,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Putus cinta adalah hal yang sulit dan menyakitkan bagi yang mengalaminya.

Idealnya, 'move on' dan pulih dari rasa sakit berpisah dengan kekasih akan hilang seiring dengan berakhirnya hubungan dan berjalannya waktu.

Namun praktiknya, tak semua orang bisa melaluinya dengan mudah.

Proses melupakan mantan bahkan bisa saja berlangsung selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun.

Beberapa pakar mencoba menjelaskan apa yang membuat seseorang sulit "move on" dari hubungan masa lalu.

Baca juga: 9 Cara Hadapi Kenyataan Si Mantan yang Sudah Move On

Jika kamu merasakan hal yang sama, simaklah poin-poin berikut:

1. Terlalu fokus pada memori indah

Pakar perilaku manusia sekaligus penulis "Get Over Your Ex Now!", Patrick Wanis, Ph.D, mengatakan hal ini disebut "euphoric recall" atau ingatan euforia.

Kondisi ini membuat seseorang terus-menerus mengingat memori dari kejadian atau orang di masa lalu lewat sisi positif.

Di sisi lain dia lupa atau mengabaikan aspek-aspek negatifnya.

Meski disebut "recall" atau yang berarti memanggil kembali, namun kondisi ini membuat seseorang mengenang langsung dan mengalami kesenangan dari mengingat memori lama tersebut.

Wanis menjelaskan, fenomena yang sama terjadi pada kondisi kecanduan dan kerap dikaitkan dengan bagian otak yang mengatur rasa senang atau bahagia.

Kondisi inilah yang membuat seseorang sulit "move on".

Pendiri LUMA-Luxury Matchmaking, April Davis mengatakan, jika kita hanya mengingat hal-hal indah bersama mantan, maka kita akan sulit untuk berjalan ke depan.

"Lebih baik menanamkan di pikiran bahwa mereka menjadi mantan karena suatu hal dan baik pula mengingat bahwa kebersamaan di masa lalu itu juga diwarnai hal-hal yang tidak indah," katanya.

2. Menganggap mantan adalah yang terbaik

Menurut Pelatih transformasional yang memiliki spesialisasi di pemulihan pasca-putus hubungan, Cherlyn Chong, kita akan sulit "move on" jika terus memikirkan bahwa sang mantan adalah yang terbaik yang bisa kita dapatkan.

Lalu, kita pun berpikir tidak akan pernah menemukan yang lebih baik dari dia. Pola pikir ini menghambat kita untuk berkembang.

Jika kamu mengalami hal ini, artinya kamu sudah meletakkan hubungan di atas kepentingan lainnya.

Pada situasi ini, Chong menjelaskan, kepercayaan dirimu bahkan sudah bergantung pada mantanmu.

"Pada pola pikir ini, jika hubungannya gagal maka kamu akan merasa kamu tidak cukup baik dan tidak cukup baik pula untuk hubungan lainnya," kata Chong.

Jika pola pikir ini terus tertanan, maka hal itu akan memengaruhi hidupmu.

Padahal, faktanya ada banyak sekali orang di dunia yang cocok satu sama lain, dan tidak ada yang bisa menghentikanmu dari mendapatkan cinta yang baru, kecuali perilakumu sendiri.

3. Merasa menderita

Jika kamu terus dihinggapi perasaan negatif dari masa lalu, kamu mungkin akan terkurung dalam pola pikir bahwa kamu pantas menderita.

Kondisi ini semakin memperlambat proses pemulihanmu dari patah hati.

"Perasaan menderita bisa terasa sangat familiar bagimu atau bahkan kamu merasa candu terhadap perasaan tersebut, sama halnya seperti kamu candu terhadap rokok," ujar Chong.

Terkadang, menderita justru menjadi hal terakhir yang tersisa dalam sebuah hubungan, dan kamu takut jika meninggalkannya maka tidak punya apa pun yang tersisa dari hubungan itu.

Dengan kata lain, kamu menikmati rasa tersiksa itu.

Baca juga: Cara Cepat Move On Setelah Putus Cinta

4. Masih berteman dengan mantan

Psikolog klinik, Roxy Zarrabi mengatakan, jika kamu masih menjaga komunikasi dengan mantan atau masih berteman di media sosial, maka hal itu akan terus mengingatkanmu tentang kehilangan yang kamu alami.

"Secara simultan ini bisa meningkatkan harapan kembali membina hubungan di kemudian hari," kata Zarrabi.

Tetap menjaga komunikasi, berada di lingkungan sosial yang sama atau masih berteman dengan mantan di media sosial bisa memperburuk keadaan, dan semakin membuatmu sulit "move on".

5. Kehilangan identitas dalam hubungan

Menurut Zarrabi, jika kamu kehilangan identitas dan sistem pendukung (support system) saat berada pada hubungan sebelumnya, kamu akan sulit untuk "move on".

Kamu bisa jadi tidak mengenal betul siapa dirimu setelah tidak lagi bersama mantanmu.

Fokuslah mengembalikan rasa-rasa terhadap dirimu sendiri setelah putus dan membangun sistem pendukung baru yang tidak bergantung pada pasangan.

Hal ini akan membantumu "move on" dari hubungan masa lalu dan pikiran trauma yang menghantui.

6. Menghindari rasa sedih

"Ketika seseorang mengalami kehilangan, ada tendensi untuk menjauhkan perasaan-perasaan sedih tersebut."

"Namun hal itu justru memperlambat masa pemulihan," kata Zarrabi.

Lalu, Pakar kesehatan mental dan adiksi sekaligus pendiri Capo by the Sea Rehab di San Juan Capistrano, John Kahal juga memberikan pendapatnya.

Dia menyebut, ketika menghadapi putus cinta, salah satu cara paling umum yang dilakukan banyak orang adalah dengan menenggelamkan diri mereka di dalam kesedihan lewat alkohol atau pemulihan diri.

"Itu bisa menjadi cara untuk membuat diri nyaman dan mengabaikan rasa sedih atau kesepian ketika rasa sakit yang dialami masih sangat segar," kata dia.

Kahal maupun Zarrabi mengatakan, alih-alih membuang rasa sedih itu, melampiaskan rasa sedih pada sesuatu menjadi cara yang lebih baik.

Keduanya menekankan pentingnya proses pemulihan pasca-putus cinta.

Kahal menyarankan untuk melakukan sedikit detoksifikasi dari alkohol dan membiarkan emosi itu ada pada dirimu.

"Cara ini akan memungkinkanmu mendapatkan beberapa perspektif baru yang sangat penting untuk proses 'move on'," kata Kahal.

Baca juga: Trauma Anak-anak yang Orangtuanya Pecandu Narkoba

7. Putus cinta memicu trauma lama

Terapis dari Emboldened Counseling di Denver, Colorado, Emmy Crouter, LSW mencatat, kejadian di masa lalu juga bisa memengaruhi masa pemulihan pasca putus-hubungan.

Crouter mencontohkan, seseorang yang datang dari keluarga 'broken home', kerap mengalami kekerasan di masa kecil, atau bahkan hanya mengalami salah paham terutama dari orangtua atau pengasuhnya, mungkin pernah mengalami rasa kehilangan yang serupa.

Putus cinta kemudian memicu munculnya perasaan lama tersebut karena melibatkan sosok yang penting dalam hidup.

"Terkadang apa yang membuat sedih bukanlah putus cintanya, tapi arti di balik putus cinta tersebut dan memori-memori lama yang kembali," kata Crouter.

Untuk kasus ini, Crouter menyarankan terapi sebagai cara yang efektif untuk mengeksplorasi pola seseorang terhadap orang terdekat, dan bagaimana pengalaman hubungan mereka di masa lalu.

Nah, jika kita mengalami hal-hal tersebut, apa yang harus kita lakukan?

Cobalah perhatikan apa yang membuatmu sulit "move on" dari hubungan masa lalu. Berikutnya, ambil aksi untuk proses pemulihan.

Selain mencaritahu alasan spesifik mengapa kamu sulit melupakan mantan, ada metode konkret yang bisa kamu implementasikan ke kehidupan sehari-hari.

Misalnya, membuat batasan penggunan media sosial, mulai latihan meditasi, atau menuangkan perasaan lewat catatan untuk meredakan kegelisahan yang dirasakan.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com