Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Puasa Intermiten dan Manfaatnya untuk Kesehatan

Kompas.com - 01/07/2019, 05:05 WIB
Ariska Puspita Anggraini,
Wisnubrata

Tim Redaksi

KOMPAS.com- Mengatur waktu makan menjadi cara banyak orang untuk menurunkan berat badan.

Mengatur jam makan sama pentingnya dengan mengatur apa yang kita makan dan apa yang harus kita hindari.

Metode pengaturan jam makan atau yang dikenal dengan puasa intermiten bisanya dilakukan dengan menerapkan jendela makan delapan hingga 10 jam dalam sehari.

Metode diet semacam ini dipercaya membuat tubuh lebih sensitif terhadap insulin. Bagi penderita pradiabetes atau tekanan darah inggi, tingkat kadar gula dan tekanan darah biasanya akan normal dengan metode ini.

Pola makan ini bekerja dengan menyesuaikan jam internal kita atau ritme sirkadian. Sejak lahir, sistem pencernaan kita diprogram untuk makan selama siang hari dan istirahat di malam hari ketika kita tidur.

Makan di malam hari membuat tubuh terus memproduksi insulin selama berjam-jam padahal kita tidak memerlukan banyak gula untuk energi.

Akibatnya, lebih banyak gula disimpan sebagai lemak. Inilah sebabnya mengapa makan di malam hari dapat meningkatkan risiko diabetes dan obesitas.

“Makan hanya delapan jam di awal hari memungkinkan pankreas Anda untuk beristirahat," kata ahli diet Kate Patton.

Menurutnya, cara ini meningkatkan metabolisme kita, dan membuat tubuh menyimpan lebih sedikit kalori sebagai lemak dan membakar lemak yang tersimpan di tubuh.

Baca juga: Awas, Diet Yoyo Bikin Massa Otot Turun dan Massa Lemak Naik

Tubuh kita memecah karbohidrat sederhana menjadi gula, yang dilepaskan ke dalam aliran darah.

Kita membutuhkan gula untuk energi, tetapi ketika kita kelebihan berat badan atau obesitas, kelebihan gula yang tidak kita manfaatkan untuk memenuhi kebutuhan energi segera disimpan dalam sel sebagai lemak.

Insulin yang diproduksi di pankreas memfasilitasi proses penyimpanan. Ketika kita tidak makan untuk jangka waktu tertentu, insulin tidak diperlukan dan kadar insulin darah kita turun.

Ini menjadi sinyal sel-sel lemak kita untuk melepaskan gula yang digunakan sebagai energi. Ketika kadar insulin turun cukup jauh, kita membakar cukup lemak untuk menurunkan berat badan.

Ada beberapa jenis puasa intermiten namun tidak semuanya efektif untuk kita.

Beberapa alternatif puasa terkadang tidak akan menghasilkan penurunan berat badan yang efektif atau meningkatkan kesehatan jantung dibanding menerapkan pola makan rendah kalori.

Halaman:

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com