Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 01/07/2019, 10:48 WIB
Retia Kartika Dewi,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kabar gugatan cerai pasangan selebritas asal Negeri Ginseng, Song Joong Ki terhadap istrinya, Song Hye Kyo, mencuat sejak Kamis (27/6/2019) pekan lalu, setelah , kuasa hukum Soong Joong Ki mengumumkannya.

Beragam reaksi dari warganet di media sosial pun muncul menanggapi gugatan cerai pasangan ini. Tak sedikit yang ikut terbawa perasaan alias "baper".

Salah satunya komentar-komentar dari warganet yang disampaikan melalui akun Instagram Official Fanpage for Song Hye Kyo, @songhyekyp.ig.

"I am so so so sad.... (aku benar-benar sangat sedih)," tulis akun @ranialby89.

"I can't imagine that it is true, I am so sad for the both of you especially the news ,the statement I hope that everything will be OK, keep fighting love you both (Saya tidak bisa membayangkan bahwa kabar itu benar, saya sangat sedih atas pemberitaan tentang kalian berdua, saya berharap semuanya baik-baik saja, terus semangat. Saya sayang kalian berdua)," tulis akun @ma_yie_.

"I am sad to hear this news, because of Song Song couple i live to start the watch k drama....i love them so much (Saya sedih mendengar berita ini, karena dari pasangan Song-Song inilah aku mulai menonton drama Korea....aku sangat menyukai mereka)," tulis akun @sakshilode.

Dari kacamata psikologi, bagaimana kita bisa ikut merasakan sedih mendalam atas keretakan rumah tangga selebritas pujaan?

Psikolog keluarga Anna Surti Ariani menjelaskan, hal itu bisa terjadi karena adanya empati.

"Seseorang ikut sedih atau marah pada kondisi yang dialami orang lain adalah karena mereka punya empati. Jadi, mereka bisa ikut 'berada di sepatu' orang yang mengalami perceraian atau kondisi lain," ujar Anna atau akrab disapa Nina saat dihubungi Kompas.com, Senin (1/7/2019).

Rasa sedih yang wajar

Menurut Nina, kesedihan ini bisa saja terus berlanjut tergantung pada seberapa berpengaruhnya si idola terhadap kita.

Ia mengatakan, rasa sedih yang berlarut-larut masih dianggap wajar ketika penggemar selebritas Kpop berada di usia sekitar 12-18 tahun.

"Di usia tersebut, memang masih periodenya untuk mengidolakan orang lain. Masih dianggap wajar jika sedih sampai berhari-hari ketika idolanya mengalami sesuatu yang menyedihkan," ujar Nina.

"Namun, ketika sudah dewasa, sebetulnya tidak perlu sampai berkelanjutan. Apalagi idola ini bukan orang-orang yang betul-betul dekat dengan dirinya," kata dia.

Nina menyarankan, ketika seseorang mengetahui adanya kabar yang menyedihkan yang menimpa seseorang yang diidolakan, sebaiknya orang tersebut melakukan banyak hal agar tidak ikut larut terlalu lama dalam kesedihan.

Sementara, untuk orang-orang terdekat bisa memberikan pendampingan kepada orang yang sedang mengalami kesedihan.

Nina menjelaskan, ketika penggemar berada pada usia remaja, memang dibutuhkan pendampingan dari orang dewasa, seperti orangtua atau guru agar kesedihan atau emosi-emosi lain tidak berkelanjutan dan terlalu berpengaruh.

Tidak hanya orangtua atau guru, teman terdekat juga bisa mengingatkan agar orang yang mengalami kesedihan ini tidak berlebihan.

Selain itu, Nina menjelaskan, ketika orang yang mengalami kesedihan berada pada usia lebih dewasa, bisa diingatkan oleh teman atau orang-orang di sekitarnya.

"Kita bisa ikut bersedih, namun sebaiknya tetap punya performa yang baik dalam pekerjaan atau kegiatan lainnya," ujar Nina.

"Namun, kita juga perlu tahu diri bahwa kita tidak bisa mengatur hidup orang lain sesuka kita. Kadang hal ini yang perlu diingatkan oleh orang lain," ujar Nina. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com