Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tentukan Pilihanmu
0 hari menuju
Pemilu 2024
Kompas.com - 02/07/2019, 17:03 WIB

KOMPAS.com - Berbagai cara dilakukan demi mendapatkan berat badan ideal yang sehat, mulai dari mengatur pola makan hingga berolahraga.

Namun, tak jarang berbagai usaha yang dilakukan tak membuahkan hasil. Padahal, cara yang sama berhasil pada orang lain atau bahkan pada orangtua kita sendiri.

Rupanya, ketika bicara soal diet dampaknya akan berbeda pada masing-masing orang. Bahkan, orangtua dan anak pun bisa memiliki kecocokan pola makan yang berbeda.

"Kita semua unik, jadi walaupun perawakan orangtua gemuk atau kurus belum tentu kita sama, variasi genetik juga."

Demikian kata Product specialist Laboratorium klinik Prodia, Siska Darmayanti, S.Si, M. Farm di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Baca juga: Sudah Diet dan Olahraga Tapi Tetap Gemuk, Bisa Jadi karena Faktor Gen

Genetik setiap orang berbeda dan sudah dibawa sejak masa pembuahan. Gen anak merupakan setengah gen ayah dan setengah gen ibu yang kemudian menyatu. Itulah mengapa kerap muncul sifat berbeda pada anak, termasuk reaksi tubuh terhadap sesuatu.

Siska mencontohkan reaksi tubuh seseorang ketika minum kopi.

"Walaupun saudara kandung atau pun kembar bisa saja berbeda," ujarnya.

Itulah mengapa kini di Indonesia mulai berkembang nutrigenomik, atau ilmu yang mempelajari hubungan faktor genetika (DNA) terhadap kesehatan, serta bagaimana tubuh merespons nutrisi dan kebiasaan olahraga.

Sehingga, kita bisa mendapatkan saran pola makan dan pola olahraga yang lebih efektif berdasarkan tes tersebut.

"Nutrigenomik ini adalah gaya hidup lebih baik di masa depan yang difasilitasi dengan melihat genetik," tuturnya.

Baca juga: Awas, Diet Yoyo Bikin Massa Otot Turun dan Massa Lemak Naik

Karena bukan pemeriksaan yang bersifat diagnosa, maka pemeriksaan ini bisa dilakukan dalam kondisi apapun.

Jika diambil ketika individu dalam keadaan sehat, berarti tes dilakukan untuk mendapatkan kondisi kesehatan yang lebih optimal.

Sementara jika diambil dalam kondisi individu sudah mengalami sindrom metabolik, berarti tes dilakukan untuk mendapatkan kesehatan yang lebih baik dengan pencegahan makanan yang buruk dan olahraga yang tepat.

Di Prodia, nutrigenomik memerlukan biaya sekitar Rp 7 juta. Namun, tes ini hanya dilakukan satu kali seumur hidup. Selain itu, nutrigenomik juga bisa dilakukan dalam kondisi apapun dan kapanpun.

"Pemeriksaan DNA atau nutrigenomik hanya dilakukan sekali seumur hidup, jadi tahu base line secara genetik bagaimana dan bisa memeriksakan lebih dari 50 gen untuk 75 variasi genetik," ujar Siska.

Baca juga: Memahami Konsep Diet Rendah Karbohidrat

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke