Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 05/07/2019, 09:11 WIB
Nabilla Tashandra,
Wisnubrata

Tim Redaksi

Sumber Romper

KOMPAS.com - Setiap orangtua ingin memberikan memori masa kecil yang indah bagi anak-anaknya. Memang tidak ada yang sempurna dalam hidup, namun setidaknya memori bahagia tersebut kelak lebih diingat ketimbang memori buruknya

Menurut studi oleh American Psychological Association pada 2018, orang-orang yang memiliki memori indah di masa anak-anak dan punya hubungan baik dengan orangtuanya cenderung lebih sehat dan bahagia ketika dewasa.

Sementara studi CDC-Kaiser Permanente Adverse Childhoof Experience (ACE) menemukan bahwa pengalaman traumatis selama masa anak-anak bisa membawa dampak sebaliknya ketika anak dewasa, seperti peningkatan risiko kecanduan, masalah kesehatan mental, trauma saat dewasa, serta kondisi yang mengancam kesehatan.

Jadi, apa yang bisa dilakukan orangtua untuk menciptakan memori indah bagi anak?

Terapis spesialis perawatan trauma, Reaca Pearl, MA, LPC, RYT, mengatakan, memberikan anak memori indah di masa kecilnya sangat lah penting.

Ibarat sebuah rumah, usahakan fondasi anak solid. Mulai dari ia lahir hingga berusia 6 tahun. Artinya, penuhilah kebutuhannya seperti makanan, tempat tinggal, banyak pelukan, cinta, perhatian orangtua, dan lainnya.

"Si anak belajar seberapa sering kebutuhan mereka dipenuhi dan mereka mulai mempelajari apakah dunia aman," kata Pearl.

Jika fondasi tersebut solid, anak akan memiliki stabilitas. Namun, jika pengalaman masa kecilnya membawa trauma, fondasi itu akan retak.

Sehingga hal terpenting yang bisa diberikan orangtua adalah dukungan emosional.

"Memori-memori bahagia bak pelindung yang berada di sekitar hal-hal traumatis yang dialami anak dan semakin banyak pelindung dibutuhkan jika ada hal buruk terjadi," katanya.

Untuk membuat perasaan aman tersebut, orangtua tidak perlu berbuat terlalu banyak.

Anak-anak belajar melalui bermain, senyum, dan hubungan kehadiran. Mereka akan tahu ketika orangtuanya hadir dan tidak. Tapi, bukan berarti orangtua tidak boleh punya waktu libur. Orangtua juga bukan lah manusia sempurna.

"Ini adalah bagaimana orangtua selalu berusaha hadir ketika bisa," ujarnya.

Menurut Pearl, karena manusia merupakan makhluk sosial, aksi sentuhan seperti bergandengan tangan dan pelukan adalah hal penting.

"Terkadang kita sebagai orang dewasa bisa menghadapi berbagai masalah karena sentuhan," katanya.

Pearl juga mencatat bahwa anak-anak mengingat kata-kata yang disampaikan orangtuanya. Jadi, orangtua harus berhenti mengatakan "kamu anak nakal" dan menggantinya dengan "kamu anak pintar tapi melakukan perilaku yang tidak bisa diterima".

Sedangkan konselor sekolah menengah di Omaha, Nebraska, Jenn Walker, MA mengatakan bahwa anak remaja yang biasa bekerja dengannya seringkali bicara tentang memori-memori tentang hubungannya bersama keluarga. Seperti dengan kakek, nenek, tante, om, dan lainnya.

"Aku mendengar banyak cerita tentang kumpul keluarga, reuni, masak bersama. Waktu yang dihabiskan bersama keluarga selalu berharga," katanya.

Menurut Walker, setiap anak juga membutuhkan sosok orang dewasa yang dekat dan terpercaya yang bukan orangtuanya. Sehingga mereka bisa belajar bagaimana membangun hubungan dekat dan sehat di luar lingkungan keluarga utama yang bisa bermanfaat bagi kehidupan mereka kelak.

Intinya, hubungan positif anak dengan orang dewasa adalah kunci memberi memori anak-anak yang positif dan indah.

Menurut Pearl, orang dewasa pada umumnya mengingat momentum-momentum di masa kecilnya. Seperti apakah ibunya melihat ketika dia melakukan sesuatu, atau apakah ayahnya membuatnya merasa dicintai, apakah dia ingat suara neneknya saat menyanyi, dan lainnya.

"Hal-hal kecil, pengalaman dan momentum tersebut terus berada dalam ingatan kita dan membentuk kita sebagai orang dewasa," ucapnya.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Romper
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com