Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

3 Cara Kurangi Dampak Industri Fesyen terhadap Lingkungan

Kompas.com - 09/07/2019, 16:41 WIB
Rosiana Haryanti,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Banyak yang menyebut bahwa industri fesyen adalah industri paling berpolusi di dunia.

Meski demikian, banyak pula yang menganggap pernyataan ini adalah sesuatu yang hiperbolik.

Walaupun, porsi limbah yang dihasilkan oleh industri ini tidak bisa disangkal. Jejak karbon dan limbah dari pakaian banyak ditemukan terutama di tempat-tempat pembuangan akhir.

Bahkan, dalam prosesnya, produk fesyen juga mengalami proses pembuatan yang juga menambah daftar limbah dari industri ini.

Nah, Anda bisa berkontribusi dengan memangkas dampak industri pakaian ke lingkungan melalui cara berikut ini:

1. Belanja pakaian dengan model klasik

Jejak karbon selalu ada dalam pakaian baru, meski produsen pakaian tersebut mengklaim produknya ramah lingkungan.

Pada dasarnya industri pakaian mendorong orang-orang untuk selalu menginginkan busana, dengan cara mengeluarkan model-model terbaru.

Baca juga: Mengenal Tie-Dye, Fesyen Klasik yang Kembali Merajai Dunia Mode

Jika Anda mengganti semua yang dimiliki setiap waktu, khususnya saat ada tren terbaru, maka Anda berkontribusi dalam menambah jumlah sampah jenis ini.

Untuk itu, ada cara mengurangi penambahan sampah pakaian. Anda dapat berbelanja busana dengan model-model klasik yang tentunya selalu menjadi tren.

Contohnya, jeans dan sepatu kulit. Kedua barang itu merupakan tren yang tak pernah ketinggalan zaman.

Setiap pergantian mode fesyen, jeans dan sepatu kulit selalu serasi saat dipadankan dengan berbagai aksesoris.

2. Tidak gampang terbujuk aksi lingkungan

Saat ini, para produsen pakaian sedang berlomba menunjukkan bahwa perusahaannya memiliki andil dalam mengurangi karbon dan sampah.

Akan tetapi, kampanye tersebut justru dinilai sebagai salah satu aksi untuk menutupi persoalan terbesar di industri ini.

Contohnya, perusahaan pakaian asal Inggris yang meluncurkan 34 potong koleksi pakaian dari plastik daur ulang.

Sesaat setelah peluncuran, perusahaan dicerca oleh Environmental Audit Committee atau komite audit setempat.

Baca juga: Saat Fesyen, Keunikan, dan Keseruan Mewujud dalam Perabot Rumah Tangga

Aksi promosi dengan bahan daur ulang ini disebut greenwashing, dan dianggap mengalihkan perhatian masyarakat dari persoalan produk perusahaan yang tidak berkelanjutan.

Untuk itu, Anda harus lebih kritis. Pakaian pada dasarnya memang bukan produk yang berkelanjutan.

Jika Anda berniat mengurangi pemakaian karbon dari suatu merek busana, ada baiknya lakukan riset terlebih dahulu.

Mencuci pakaian dengan benar

World Wildlife Fund (WWF) menyatakan, untuk menumbuhkan satu kapas dibutuhkan 715 galon air. Selain itu, seperempat jejak karbon yang dihasilkan dari garmen, berasal dari proses pencucian.

Bahkan, proses ini dapat mengurangi masa pakai pakaian sehingga Anda akan lebih sering membuangnya.

Untuk itu, Anda bisa menghindari kain buatan. Gunakan tekstil alami seperti katun dan linen yang tidak menumpahkan plastik saat proses pembuatan dan bertahan lebih lama meski dicuci beberapa kali.

Baca juga: Fesyen Vintage yang Tengah Naik Daun

Bahkan, ada beberapa produk fesyen yang memerlukan pencucian khusus agar lebih bertahan lama, seperti handuk.

Ada baiknya, saat mencuci barang ini, gunakan air dengan suhu di atas 30 derajat celcius.

Selain itu, gunakan deterjen ramah lingkungan untuk mengurangi limbah air yang dikeluarkan.

Tidak langsung membuang pakaian

Penelitian yang dilakukan WRAP UK menemukan, rata-rata tumpukan sampah pakaian menyumbang sebanyak 350.000 ton di tempat pembuangan akhir.

Jika baju Anda tidak penuh dengan campuran polyester, maka Anda bisa langsung membuangnya.

Namun, jika busana Anda memiliki kandungan ini, maka cara pertama yang dapat dilakukan adalah mendonasikannya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com