Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 11/07/2019, 17:10 WIB
Ariska Puspita Anggraini,
Lusia Kus Anna

Tim Redaksi

KOMPAS.com - IPK (Indeks Prestasi Kumulatif) merupakan gabungan nilai dari semester-semester yang dijalani mahasiswa selama perkuliahan. Skala nilai IPK di Indonesia adalah 0.00 sampai 4.00.

Banyak mahasiswa berlomba-lomba untuk mendapatkan IPK tinggi karena dianggap sebagai prestasi dan modal untuk mencari kerja.

Walau IPK penting, tapi faktanya IPK tinggi tidak terlalu berpengaruh pada sukses tidaknya seseorang di kehidupan nyata.

Mantan presiden Indonesia, BJ Habibie, yang masuk dalam kategori orang jenius di dunia juga menyakini kesuksesan bukan hanya milik orang yang punya IPK tinggi saja.

Pemikiran presiden ke 3 Indonesia ini pun nampaknya diamini oleh banyak orang di Indonesia.

Buktinya, kini lebih dari 2.000 netizen Indonesia meramaikan cuitan bertema "Percuma IPK" di Twitter hingga menjadi trending topic di Indonesia.

Sebagian besar netizen Indonesia setuju jika IPK tinggi akan sia-sia jika tidak dibarengi dengan usaha.

"Percuma IPK tinggi kalo rebahan udah menjadi passion ya mau sampe kapanpun gabakal dapet kerjaan yang diinginkan contohnya ya aku ini," tulis salah satu netizen.

Bahkan, banyak pengguna twitter yang beranggapan IPK tinggi adalah hal sia-sia jika tidak memiliki "orang dalam" untuk membantu kita meraih pekerjaan impian.

"Percuma IPK gede kalo kerja ga punya orang dalem," ungkap netizen lainnya.

Baca juga: 10 Hal yang Biasa Dilakukan Orang-Orang Sukses

Penentu sukses

Melansir Business Insider, mayoritas jutawan di Amerika Serikat ternyata memiliki IPK rata-rata hanya 2,9.

Temuan Karen Arnold dari Boston College juga menunjukkan efek IPK dalam menunjang kesuksesan seseorang. Arnold meneliti tingkat keberhasilan para pembaca pidato perpisahan di Universitas karena biasanya yang terpilih adalah mereka yang berprestasi.

Hasil menunjukan, mereka yang didaulat menjadi pembaca pidato perpisahan tidak benar-benar mencapai tingkat keberhasilan tertinggi alias tidak menjadi yang tersukses atau paling berpengaruh.

Menerut penelitian tersebut, ini terjadi karena sekolah hanya mengajari kita untuk mematuhi peraturan.

Jadi, mereka yang didaulat menjadi pembaca pidato perpisahan seringkali adalah orang yang mendukung sistem. Mereka menjadi bagian dari sistem, bukan orang yang mengubah sistem.

Orang-orang sukses yang nilai IPK-nya termasuk kecil ternyata adalah mereka yang punya karakter kuat. 

Mungkin mereka tidak mematuhi aturan dengan baik, tetapi mereka konsisten dengan tujuan  jangka panjang dan melakukan langkah-langkah terbaik untuk mencapai tujuan.

Terkadang mereka melakukan hal-hal yang melanggar aturan atau sesuatu yang berbeda.

Tidak ada aturan yang jelas dalam kehidupan, hal itu berbanding terbalik dengan aturan di sekolah.

Jadi, rata-rata mereka yang mampu meraih kesuksesan tinggi berani mendobrak aturan dan keluar dari sistem tertutup seperti yang ada dalam pendidikan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com