KOMPAS.com - Ada banyak mitos mengenai hidrasi tubuh yang justru membingungkan. Untuk menghidrasi tubuh, sebenarnya bukan hanya sekadar minum air.
Hidrasi juga mencakup tentang natrium, kalium, keringat, dan urine yang kita keluarkan.
Jadi, ini semua bukan hanya ditentukan oleh apa yang kita minum. Apa yang kita makan juga turut menentukan.
Namun, kita tak perlu khawatir. Memenuhi kebutuhan cairan tubuh bukan hal yang mudah.
Hanya saja, kita perlu memilah-milah informasi agar tak salah kaprah dalam memenuhi apa yang dibutuhkan untuk kesehatan kita. Berikut lima mitos seputar hidrasi tubuh yang tak perlu kita percaya:
Keseimbangan hidrasi tergantung pada seberapa banyak kita berkeringat, pola makan, suhu, dan bahkan kelembaban.
"Pola makan yang sehat menghasilkan sekitar 20 persen asupan cairan, kata Kim Schwabenbauer, pelatih USA Triathlon.
Untuk mencukupi cairan tubuh, konsumsilah semangka, jeruk bali merah, mentimun, brokoli, apel, dan anggur sebagai makanan ringan.
Kita juga bisa mendapatkan asupan cairan secara alami dengan mengonsumsi buah beri, lemon, kiwi, nanas, atau jeruk.
Studi menunjukkan saat mengonsumsi cairan dengan rasa tertentu, kita akan minum lebih banyak.
Baca juga: Dehidrasi Juga Bikin Kita Sulit Tidur
Dehidrasi ringan pun dapat memengaruhi kinerja fisik dan kognitif, serta kesehatan secara keseluruhan.
Dehidrasi mengurangi jumlah cairan yang beredar dalam aliran darah. Ini membuat jantung bekerja lebih keras, membatasi kemampuan tubuh untuk mendinginkan dirinya sendiri, dan melelahkan otot-otot secara prematur.
Darah kita menjadi lebih kental, lebih tebal, lengket, lebih terkonsentrasi. Jadi, jangan mengabaikan kebutuhan cairan tubuh.
Sodium bukanlah senyawa jahat untuk tubuh. Kita membutuhkan nutrisi untuk bertahan hidup, dan tubuh tidak dapat memroduksinya sendiri.
Elektrolit ini berkontribusi terhadap volume darah, dan akan menjaid masalah besar saat kita memiliki aktivitas fisik yang tinggi.