Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Membumikan "Instrumen Surga" Lewat Harpa Nusantara...

Kompas.com - 15/07/2019, 08:00 WIB
Reni Susanti,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com“Treng...treng...” suara petikan harpa mulai terdengar.

Perlahan dan lambat.

Dalam hitungan detik, ritme suaranya menjadi cepat, kencang, namun tetap syahdu di telinga.

Di belakang harpa, terlihat sang artis, Sisca. Mengenakan kebaya merah jambu, ia terlihat begitu menikmati alunan musik yang dimainkannya.

Emosinya jelas terlihat dalam setiap petikan harpa.

Emosi yang juga menular pada penonton, meskipun di antara mereka -mungkin, ada yang tidak mengerti arti dari lagu yang dibawakan.

Itulah Sisca.

Musisi yang lama malang-melintang di Kota Bandung ini dikenal sebagai Sisca Guzheng Harp karena kepiawaiannya dalam dua instrumen, guzheng (kecapi Tiongkok) dan harpa.

Video: Pemain Harpa Cantik Yang Peduli Anak

Harpa merupakan instrumen yang mempunyai asosiasi kuat dengan ‘malaikat’ dan ‘surga’, sebagaimana Alkitab menyebutkannya dalam puluhan ayat.”

Begitu kata Sisca kepada Kompas.com, belum lama ini.

Harga harpa yang mahal menjadi perlambang estetika yang tinggi, mewah, dan eksklusif.

Namun, Sisca yang 15 tahun ini menggeluti instrumen ini merasa harpa bisa “dibumikan”.

Caranya dengan mengombinasikannya dengan motif-motif visual kenusantaraan.

Ia lalu membangun empat jenis harpa yang sangat unik dengan bantuan sejumlah seniman.

Keempat harpa tersebut yakni harpa motif toraja, harpa mega mendung, harpa kawung, dan harpa dewi sri.

Dipadupadankan dengan dentingan harpa yang khas dan “surgawi”, kombinasi audio-visual ini membentuk suatu konsep original yang disebut dengan Harpa Nusantara.

“Konsep ini akan direpresentasikan melalui konser yang akan digelar pada 30 September 2019 di Gedung Pertunjukan Rumentang Siang Bandung,” ucap Sisca.

Pada penampilannya nanti, ia akan memainkan beberapa jenis harpa Nusantara dan tampil bersama kelompok karawaitan dengan musik yang dirancang Iman Ulle.

“Harpa yang saya buat ini memiliki senar silang, berbeda dengan harpa umumnya. Di Indonesia, gak ada yang main (harpa silang) selain saya,” ucap dia.

Video: Angela, Pemain Harpa yang Jago Nyanyi

Sesuai dengan konsep “membumikan”, harga harpa yang dibuatnya lebih ekonomis, cara memainkannya lebih praktis, begitu pun dalam hal perawatan.

Meski demikian, aura harpa ini tetap mahal. Terutama dengan motif Nusantara yang melekat pada harpanya.

Harpa Toraja

Musisi asal Bandung, Sisca, tengah memainkan harpa toraja. KOMPAS.com/RENI SUSANTI Musisi asal Bandung, Sisca, tengah memainkan harpa toraja.

Tahun 2009, Sisca meminta bantuan pendiri gitar Genta dan Secco, Ki Anong Naeni, untuk membuat harpa Toraja.

Prototipe ini, walau hanya meniru harpa impor milik Sisca buatan Australia, ternyata terbentur banyak kendala.

Sebagian besar kayu harpa secara bergantian mengalami retak bahkan patah. Bahkan hanya beberapa jam setelah senar dikencangkan, sehingga harus mengganti dan membuat ulang.

Hingga akhir hayatnya tahun 2014, Ki Anong belum berhasil memperbaiki harpa Toraja agar bisa layak dimainkan.

Barulah di masa Awan Abu Sofyan, cucu almarhum, harpa ini selesai.

“Harpa Toraja ini selalu gagal (dibuat) selama 10 tahun. Dari prototipe awal, hanya bagian pilar ukirnya yang bertahan,” tutur dia.

Ia kemudian memilih motif Toraja karena sangat khas dan kental dengan Indonesia.

Tadinya, ia ingin menyimpan semacam cerita rakyat, namun tidak banyak seniman yang suka melukis di atas kayu. Kalau pun ada, harganya mahal.

Baca juga: Batik Motif Salak Condet Dipamerkan KBRI Oslo

Maka, ia akhirnya menjatuhkan pilihan dengan melukis relief motif-motif Toraja. Apalagi motif yang dilukis tersebut memiliki makna yang luar biasa.

Setelah harpa Toraja, tiga bulan kemudian harpa Mega Mendung lahir diikuti harpa Kawung.

Kini ia tengah menunggu selesainya harpa Dewi Sri.

Sesuai dengan konsep pada harpanya, dalam konser tunggalnya September 2019, Sisca  akan membawakan lagu Toraja, Cirebon, dan beberapa lagu tradisional lainnya.

Mari kita tunggu...

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com