Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketagihan Suntik Filler Justru Bikin Wajah Tak Natural

Kompas.com - 16/07/2019, 07:00 WIB
Lusia Kus Anna

Penulis

Menurut data, di tahun 2018 permintaan untuk suntik filler naik 58 persen dibanding tahun 2012. Suntikan ini juga menjadi terapi non-bedah terfavorit setelah suntik botoks.

Suntik filler memang mampu meremajakan tampilan wajah dengan seketika, seperti menghilangkan cekungan bawah mata dan memudarkan garis senyum, juga dapat memperindah bagian pipi, hidung, dagu, bibir, sampai rahang yang kurang terdefinisi.

Walau begitu, banyak orang menganggap bahwa filler adalah satu-satunya jawaban untuk semua masalah estetika wajah. Akibatnya, mereka pun ketagihan melakukan suntikan ini setiap kali ada bagian yang dirasa kurang sempurna.

Filler merupakan cairan asam hialuronat yang dipakai untuk mengisi atau menambah volume wajah. Sebenarnya filler ini aman dan sudah mendapat persetujuan FDA.

“Filler juga bisa mengoreksi penampilan, asalkan dipakai pada saat yang tepat dan porsi yang tepat,” kata dokter yang sering tampil jadi pembicara di forum dokter estetika internasional ini.

Anatomi wajah Asia

Secara anatomi orang Asia lebih rentan mengalami FOS karena tengkoraknya lebih pendek, lebar, dan dangkal cekungannya dibandingkan orang kaukasia. Hal ini menyebabkan wajah orang Asia lebih bulat.

Dengan kondisi anatomi demikian, jika disuntikkan cairan filler, maka akan lebih cepat terlihat penuh. Sedangkan orang Kaukasia yang cekungannya dalam tidak terlalu bermasalah.

Baca juga: Tren Operasi Plastik untuk Terlihat Sempurna di Media Sosial

Pendiri Jakarta Aesthetic Clinic, dr.Olivia Ong.Kompas.com/Lusia Kus Anna Pendiri Jakarta Aesthetic Clinic, dr.Olivia Ong.
Hal itu diperparah dengan permintaan suntik filler di Asia yang justru di bagian tengah wajah seperti bawah mata, garis senyum, atau pipi. Akibatnya wajah pun terlihat makin penuh dan bulat seperti bantal.

“FOS berjalan pelan-pelan dan tidak disadari pasien. Mereka baru sadar setelah wajah terlihat seperti chipmunk atau pillow face,” ujar Olivia.

Memperbaiki kekurangan wajah, lanjut Olivia, bisa memakai beberapa kombinasi teknik, tidak cuma filler.

“Lapisan lain yang berkontribusi pada tampilan aging juga harus dirawat dengan teknologi yang tepat, misalnya ultherapy atau botoks. Kontur atau kurva khusus di wajah tidak boleh dihilangkan dengan filler, jadi hasilnya pas dan natural,” paparnya.

Yang terjadi saat ini, semua masalah, mulai dari cekungan di wajah, kerutan dan wajah yang mulai turun, serta hidung kurang naik juga disuntik filler. Pada satu titik, wajah pun akan terlihat makin aneh.

“Butuh peran dokter estetika untuk memberi informasi yang tepat pada pasien agar melakukan terapi sesuai kebutuhan, bukan mengejar standar kesempurnaan sendiri,” ujar Olivia.

FOS memang bisa diatasi dengan cara mengurangi “pembengkakan” akibat cairan filler.

“Bisa tanpa bedah atau dengan bedah, tergantung pada keparahan kasusnya. Bila tidak perlu operasi, setelah perawatan pembetulan wajah pasien bisa kembali beraktifitas, ” kata Oliva.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com