Secara anatomi orang Asia lebih rentan mengalami FOS karena tengkoraknya lebih pendek, lebar, dan dangkal cekungannya dibandingkan orang kaukasia. Hal ini menyebabkan wajah orang Asia lebih bulat.
Dengan kondisi anatomi demikian, jika disuntikkan cairan filler, maka akan lebih cepat terlihat penuh. Sedangkan orang Kaukasia yang cekungannya dalam tidak terlalu bermasalah.
Baca juga: Tren Operasi Plastik untuk Terlihat Sempurna di Media Sosial
“FOS berjalan pelan-pelan dan tidak disadari pasien. Mereka baru sadar setelah wajah terlihat seperti chipmunk atau pillow face,” ujar Olivia.
Memperbaiki kekurangan wajah, lanjut Olivia, bisa memakai beberapa kombinasi teknik, tidak cuma filler.
“Lapisan lain yang berkontribusi pada tampilan aging juga harus dirawat dengan teknologi yang tepat, misalnya ultherapy atau botoks. Kontur atau kurva khusus di wajah tidak boleh dihilangkan dengan filler, jadi hasilnya pas dan natural,” paparnya.
Yang terjadi saat ini, semua masalah, mulai dari cekungan di wajah, kerutan dan wajah yang mulai turun, serta hidung kurang naik juga disuntik filler. Pada satu titik, wajah pun akan terlihat makin aneh.
“Butuh peran dokter estetika untuk memberi informasi yang tepat pada pasien agar melakukan terapi sesuai kebutuhan, bukan mengejar standar kesempurnaan sendiri,” ujar Olivia.
FOS memang bisa diatasi dengan cara mengurangi “pembengkakan” akibat cairan filler.
“Bisa tanpa bedah atau dengan bedah, tergantung pada keparahan kasusnya. Bila tidak perlu operasi, setelah perawatan pembetulan wajah pasien bisa kembali beraktifitas, ” kata Oliva.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.