Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

6 Fakta Seputar Gula, dari Jenis hingga Batas Konsumsinya

Kompas.com - 17/07/2019, 07:10 WIB
Mela Arnani,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Gula salah satu penambah kenikmatan, baik makanan maupun minuman. Akan tetapi, menjaga tubuh agar konsumsi gula pada batas aman penting untuk diperhatikan.

Jumlah gula yang berlebihan dalam tubuh akan berakibat tak baik, karena dapat memunculkan berbagai penyakit, misalnya diabetes.

Apa saja sih yang perlu diketahui seputar gula? Setidaknya, ada 6 fakta yang perlu Anda tahu. Berikut 6 fakta itu dirangkum dari sejumlah pemberitaan Kompas.com:

1. Gula sederhana

Gula sebenarnya terbagi menjadi dua jenis, yaitu gula sederhana dan gula kompleks.

Gula sederhana sering disebut karbohidrat sederhana yang hanya terdiri dari satu monosakarida atau dua molekul gula (disakarida). Nah, gula jenis ini cepat dicerna.

Saat gula sederhana masuk aliran darah, secara otomatis akan meningkatkan kadar gula darah secara signifikan dengan cepat.

Peningkatan gula darah yang tinggi dalam tubuh ini perlu diseimbangkan dengan produksi hormol insulin.

Dengan demikian, ketika tingkat gula tinggi, maka tubuh memerlukan hormon insulin dalam jumlah yang besar pula.

Kemampuan metabolisme gula pada tubuh orang yang sehat biasanya dapat berjalan dengan baik.

Akan tetapi, konsumsi gula tetap harus diatur karena jika terlalu kerap mengonsumsi gula tetap dapat meningkatkan risiko mengalami resistensi insulin.

Contoh gula sederhana seperti soda, permen, kukis, pastry, minuman manis, es krim, minuman berenergi, soft drink, dan sukrosa.

2. Gula kompleks

Gula kompleks atau karbohidrat kompleks mempunyai rangkaian struktur yang lebih panjang dibanding gula sederhana.

Hal itu membuat sumber karbohidrat kompleks membutuhkan waktu lebih lama untuk dicerna tubuh.

Secara struktural, karbohidrat kompleks atau polisakarida mengandung lebih dari 60.000 molekul gula.

Pada tubuh, total gula itu harus dipecah terlebih dulu menjadi gula paling sederhana atau molekul tunggal.

Setelah menjadi molekul tunggal, gula akan diserap ke dalam aliran darah dan kondisi ini membuat karbohidrat kompleks akan melepaskan glukosa secara bertahap ke aliran darah, serta tak terjadi lonjakan kadar gula darah yang drastis setelah makan.

Ada yang menyebutkan bahwa gula kompleks ini masih aman bagi para penderita diabetes.

Semakin kompleksnya karbohidrat, maka semakin baik bagi tubuh.

Beberapa contoh makanan yang mengandung gula kompleks yakni roti, pasta, nasi, kentang, jagung, oatmeal, dan barley.

Baca juga: Apa Beda Efek Gula Sederhana dan Gula Kompleks pada Tubuh?

3. Diabetes

Pada penderita diabetes melitus hormon insulinnya terganggu, bahkan ada yang tak memproduksi insulin.

Oleh karena itu, para penderita penyakit diabetes wajib mengatur makanan yang masuk agar tak menimbulkan hiperglikema.

Walau telah diberi injeksi insulin, pemilihan jenis gula menjadi hal utama agar tak memperberat kerja tubuh penderita diabetes.

4. Air gula vs air tebu

Air tebu memang digunakan sebagai bahan baku pembuatan gula pasir, tapi kandungan nutrisi di antara air tebu dan air gula sangat berbeda.

Meski terasa manis, air tebu adalah olahan alami yang masih mengandung nutrisi asli dari tanaman tebu.

Nutrisi dalam air tebu tak hanya gula dan karbohidrat, tapi juga kandunga gizi lain.

Air tebu terdiri atas glukosa dan fruktosa.

Indeks glikemik atau ukuran seberapa cepat karbohidrat dalam makanan diubah menjadi gula darah antara gula pasir dan air tebu berbeda.

Tinggi angka glikemik berbanding lurus dengan pengaruh kadar insulin dan gula darah.

Skala indeks glikemik antara 0-100, di mana gula pasir mempunyai nilai glikemik sebesar 68 dan air tebu mempunyai indeks glikemik sebesar 43.

Semakin tinggi nilai glikemik, maka semakin tinggi juga pengaruhnya terhadap kadar insulin dan gula darah.

Sebaiknya, pilih air tebu alami yang dibuat langsung dari batang tebu karena  kandungan antioksiden atau polifenol yang terdapat di air tebu dengan fungsi antialergi, antirival, dan antiperadangan.

Hindari air tebu kemasan dengan pertimbangan pengolahan dapat merusak polifenol.

Baca juga: Sama-sama Manis, Lebih Baik Kandungan dalam Air Tebu atau Air Gula?

5. Berhenti konsumsi gula

Berhenti mengonsumsi gula rafinasi secara total menjadi hal baik bagi kesehatan tubuh.

Menurut ahli gizi Mugdha Pradhan mengatakan, berhenti konsumsi gula rafinasi secara total akan baik bagi tubuh. Apa alasannya?

Ia menyebutkan, hal ini akan membuat seseorang menjadi lebih enerjik dan tidak merasa lemas.

Menghentikan konsumsi gula rafinasi dapat dilakukan dengan mengganti karbohidrat olahan ke karbohidrat berserat tinggi.

Selain diabetes, gula ternyata juga dapat menyebabkan alzheimer, bahkan membuat sel kanker.

Sel kanker memakan gula yang berguna bagi pertumbuhannya.

Konsumsi gula per orang diimbau tak lebih dari empat sendok makan atau sebesar 50 gram per hari.

Baca juga: Yang Terjadi pada Tubuh Saat Kita Berhenti Mengonsumsi Gula

6. Ibu hamil

Ibu hamil sangat tidak disarankan mengonsumsi gula dalam jumlah berlebih. Kenapa? Sebab, gula akan diserap dan menuju sirkulasi darah dengan cepat.

Jika kadar gula darah terlalu tinggi, tubuh akan mengalami kesulitan dalam penyeimbangan kadar gula darah.

Keadaan yang terus berlanjut bisa berujung menjadi penyakit diabetes getasional atau diabetes dalam kehamilan.

Tak hanya itu, kebanyakan mengonsumsi gula dapat membuat bayi berukuran besar atau markosomia.

Bayi besar dapat menyebabkan komplikasi dalam persalinan dan meningkatkan risiko penyakit metabolik di masa kanak-kanak.

Baca juga: Cermati, Aturan Mengonsumsi Gula untuk Ibu Hamil

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com