Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Henti Jantung di Tengah Olahraga, Apa Penyebabnya?

Kompas.com - 17/07/2019, 11:03 WIB
Nabilla Tashandra,
Wisnubrata

Tim Redaksi

Terutama karena indikasi "positif" yang belum tentu tepat justru bisa membuat pasien cemas meskipun sebenarnya tidak berisiko.

Baca juga: Tips Olahraga yang Efektif untuk Menyehatkan Jantung

Meski begitu, para peneliti menyarankan agar para dokter bertanya secara rutin kepada semua atlet, pertanyaan seperti: "pernahkah merasakan pusing hebat atau pingsan, nafas memendek secara tiba-tiba, atau nyeri dada setelah olahraga?" dan "apakah kamu memiliki keluarga dengan riwayat kematian mendadak atau penyakit jantung parah di bawah usia 60 tahun?".

Dokter mungkin membutuhkan tes lebih jauh bergantung pada jawaban pasien atas dua pertanyaan tersebut.

Untuk mencegah munculnya semakin banyak kasus kematian atlet karena henti jantung, para peneliti menyarankan agar tempat publik yang digunakan untuk menyelenggarakan acara olahraga memiliki Automated External Defibrillators (AED).

Alat ini akan menghantarkan kejut listrik melalui dada menuju jantung, berpotensi menghentikan denyut jantung yang tidak normal kemudian mengembalikannya lagi ke ritme normal. Biasanya, pada kasus dimana AED digunakan, rasio penderita yang selamat lebih tinggi.

Contohnya, pada satu aktivitas maraton di Jepang, paramedik bersepeda membawa AED di ransel mereka dan berjaga dekat dengan garis akhir, siap untuk menyediakan pertolongan segera.

Dalam sebuah studi yang dipublikasikan di New England Journal of Medicine, para peneliti menemukan bahwa 28 dari 30 orang pelari yang mengalami henti jantung sukses ditangani hingga sadar, rasionya mencapai 93 persen.

"Jika henti jantung terjadi, mereka bisa mengatasi dengan sangat segera," kata Dorian.

 Baca juga: Faktor yang Membuat Penyakit Jantung Makin Sering Dialami Orang Muda

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com