JAKARTA, KOMPAS.com - Berbagai bentuk pelecehan seksual seperti catcalling, atau bentuk verbal misalnya memberi siulan atau komentar atas tubuh, sentuhan fisik dan visual yang kerap terjadi di masyarakat, seringkali dianggap sepele.
Padahal tidak sedikit korban yang mengalami pelecehan seksual seperti itu merasa terganggu, dari godaan siulan hingga godaan seperti memuji.
Di pihak lain, beberapa orang seringkali tidak tahu apa yang harus dilakukan jika mendapat perlakuan seperti itu, atau menyaksikan peristiwa yang termasuk pelecehan.
Rastra Yasland, anggota Tim Pengadaan Survei Lentera Sintar Indonesia, menjelaskan bahwa pelecehan dan pujian tulus sebenarnya bisa dibedakan.
“Contoh, misalkan di tempat gym biasanya terjadi komentar-komentar, eh badannya bagus banget tuh. Nah itu disebut sebagai catcalling,” katanya saat konferensi pers Peluncuran Hasil Survey Nasional terkait Pelecehan di Ruang Publik, Jakarta, Rabu (17/7/2019).
Ia menjelaskan perbedaan antara pelecehan verbal dengan memuji yaitu ketika korban merasakan tiga hal, yakni tidak nyaman, merasa direndahkan, dan marah.
Oleh karena itu, Rastra memberikan strategi apa yang harus dilakukan oleh korban atau mereka yang menyaksikan tindakan pelecehan tersebut :
1. Melakukan direct intervension atau perlawanan kepada pelaku seperti memberi teguran dan membuat pelaku merasa malu.
“Kalau mau melakukan perlawanan, sebaiknya lakukan dengan cepat, singkat, jelas lalu kabur segera, sambil mengatakan bahwa tindakan orang itu salah, itu pelecehan, dan saya tidak suka digituin, lalu langsung pergi gak usah debat-debat,” sarannya.
2. Distrack intervention, jika kamu sebagai saksi dan takut untuk menegur pelaku, kamu bisa membuka obrolan kepada korban seperti basa basi menanyakan kabar sehingga terbangun sinyal untuk korban dan akan membuat pelaku mundur.
3. Melakukan dokumentasi, di era digital seperti ini mudah sekali untuk menyebarkan video atau foto yang bisa sangat cepat viral, sehingga pelaku bisa mendapatkan hukuman sosial dari masyarakat.
“Tapi kalau merekam peristiwa pelecehan seseorang, harus minta izin dulu kepada korban, bersedia atau tidak,” imbuhnya.
4. Memastikan korban baik-baik saja setelah kejadian pelecehan. “Kalau saksi gak berani ngambil tindakan saat pelecehan berlangsung, bisa membantu dengan menghampiri korban, menanyakan keadaannya dan menawarkan bantuan, itu akan membuat perasaan takut korban sedikit berkurang,” lanjutnya.
5. Delegasi, atau mencari orang lain untuk menggantikan tanggung jawab saksi dalam menghentikan pelecehan seksual, seperti meminta orang yang lebih tua, security, atau orang-orang yang mungkin lebih mampu mengatasi kejadian. (Kurnia Kinasih)
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.