Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Susuri Budaya dan Sejarah Nusantara Lewat Jalur Rempah

Kompas.com - 19/07/2019, 05:05 WIB
Kahfi Dirga Cahya,
Wisnubrata

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Ternate dan Tidore, dua pulau kecil yang berdampingan di Laut Maluku, tidak sekadar menjanjikan keindahan alam, namun juga kekayaan sejarah dan tradisi budaya.

Banyak kisah lampau memikat, satu di antaranya terkait keberadaan jalur rempah.

Jauh sebelum bangsa Eropa melakukan akivitas perdagangan di Asia Tenggara, Nusantara telah jadi pemain penting di dunia lewat rempah-rempahnya.

Baru pada abad ke-15, bangsa Portugis menemukan rute ke Maluku. Dari sana, Ternate dan Tidore langsung menarik perhatian mereka karena memiliki cengkeh.

Cengkeh pun yang kemudian mengundang minat bangsa Eropa lainnya, seperti Spanyol dan Belanda untuk datang dan saling bersaing menguasai wilayah di jalur rempah.

Bahkan, dari catatan sejarah, pada akhir abad ke-16, salah satu gubernur jenderal Belanda pernah membakar lahan perkebunan cengkeh di sana secara besar-besaran.

Hal itu dilakukan karena cengkeh tengah diperebutkan oleh Spanyol dan Portugis. Peristiwa tersebut akhirnya menyulut perlawanan dari Kesultanan Ternate dan Tidore terhadap Belanda.

Jejak sejarah tersebut tentu amat sayang jika harus tenggelam oleh zaman.

Ini pula yang mendasari Yayasan Negeri Rempah, juga didukung Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, untuk membuka wawasan masyarakat melalui perjalanan wisata yang menyenangkan sekaligus mencerahkan. 

Dalam keterangan pers yang diterima Kompas.com, perjalanan pada Rabu (17/7/2019) tersebut menyusuri lokasi-lokasi bersejarah di mana Jalur Rempah bermula.

"Kegiatan ini merupakan bagian dari kegiatan Yayasan Negeri Rempah dalam upaya menggali khasanah budaya dan sejarah bangsa masa lalu kita," kata Hassan Wirajuda, Ketua Dewan Pembina Yayasan Negeri Rempah dalam keterangan pers.

Kegiatan menyusuri dimulai dari pohon Cengkeh Afo, yang diyakini sebagai cengkeh tertua di dunia. Usianya diperkirakan mencapai ratusan tahun. Lalu, di sekitar Cengkeh Afo, tersebar tanaman pala, yang juga komoditas andalan dari Ternate dan Tidore.

Sejarah mencatat, cengkeh merupakan alasan mengapa begitu banyak bangunan benteng di sekitar Ternate dan Tidore.

Benteng-benteng terebut dibangun oleh Spanyol dan Portugis tidak lain adalah untuk melindugi cengkeh, yang kala itu dianggap sebagai harta karun.

Benteng yang tersebar di wilayah Ternate dan Tidore di antaranya Benteng Tolukko, Benteng Kastela, Benteng Tore, dan Benteng Tahula. 

Lestarikan sejarah

Menurut Hassan, Indonesia merupakan pusat penghasil rempah yang telah diakui dunia. Perdagangan rempah pun kemudian turut memengaruhi pertukaran budaya dari berbagai bangsa. 

"Perdagangan itu menghadiakan kontak antar orang dan bangsa yang berbeda. Dari sana ada pertukaran budaya, filsafat, dan teknologi," sebutnya.

Hassan berharap upaya memperkenalkan sejarah terus ditingkatkan, satu di antaranya adalah dukungan dari pemerintah lewat Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com