Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Belajar dari Kasus Nunung, Pakar Beri Cara Jauhi Narkoba

Kompas.com - 20/07/2019, 15:19 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Komedian Nunung ditangkap atas kasus penyalahgunaan narkoba jenis sabu-sabu pada Jumat (19/7/2019). Kasus ini menambah deretan panjang selebritas yang tersangkut penyalahgunaan narkoba.

Sering kali hal ini membuat pertanyaan, mengapa kehidupan selebritas begitu dekat dengan narkoba? Ya, bisa dikatakan bahwa perkembangan jaman membuat dunia menjadi semakin terbuka dan pergaulan semakin tanpa sekat.

Tentu banyak hal positif yang dapat diambil dari sistem sosial yang semakin mengglobal ini. Namun, segala sesuatu yang terlampau bebas dan sama sekali tak memiliki batasan juga menawarkan kemungkinan negatif.

Baca juga: Berkaca dari Kasus Nunung, Ini yang Terjadi di Tubuh Pengonsumsi Sabu

Salah satunya semakin mudahnya seseorang terjerumus pada pergaulan keliru yang membawanya pada lembah hitam sebagai seorang pecandu narkotika.

Lalu, bagaimana cara yang paling efektif agar kita terhindar dari pengaruh buruk obat-obatan yang menimbulkan ketergantungan itu?

Dokter, filsuf, sekaligus ahli gizi Dr. dr. Tan Shot Yen, M.Hum menyebutkan satu hal terpenting yang harus dimiliki seseorang agar memiliki terjaga dari kenikmatan sesaat obat-obatan psikotropika.

Hal itu adalah memiliki konsep hidup yang matang.

Matangkan konsep dan tujuan hidup

Tan menyebut pentingnya konsep hidup dan tujuan hidup bagi seseorang agar dapat terhindar dari barang haram seperti narkotika.

“Tujuan kerja buat apa sih? Buat cari duit. Duitnya buat apa? Buat kehidupan lebih baik, punya kasur lebih tebal, bisa punya rumah lebih gede,” kata Tan kepada Kompas.com, Sabtu (20/7/2019) pagi.

Namun, menurutnya banyak orang yang justru terjebak dalam konsep hidup yang salah hingga mengorbankan kebahagiaan dan kesehatan dirinya dengan bekerja terlalu keras.

Demi terus-menerus bekerja keras dan mengumpulkan pundi-pundi uang, seseorang bisa melakukan berbagai macam cara agar fisiknya dianggap kuat untuk melakukan apapun yang ia inginkan.

Salah satunya dengan mengonsumsi zat-zat penambah stamina, baik yang direkomendasikan, maupun dilarang untuk dikonsumsi.

“Kalau buat dapat duit segepok ngorbanin badan, yang celaka duitnya segepok juga belum dapat, badannya habis, dan (justru) duitnya dipakai buat ngembaliin badannya. Yang notabene badannya kalau rusaknya serius belum tentu bisa balik seperti sediakala” ujar Tan.

Dalam penjelasannya, Tan menyarankan seseorang untuk bekerja sesuai dengan kemampuan fisiknya dan tidak melakukan forsir demi hasrat pribadinya.

Baca juga: Nunung dan Pemberi Sabu Adalah Tetangga di Solo

“Saya sedih lihat orang cuma bisa mikir pendek buat hari ini doang, senang cuma buat 24 jam. Padahal siapa tahu Allah memberi 24 tahun ke depan hidup penuh kebarokahan,” ujarnya.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com