"Ada kain sisa produksi di pabrik saya yang bisa saya jual ke pabrik sepatu tersebut. Kita suplai kain, dia kasih sepatu. Itu lah awal mula barter," ujar Hendi.
Identitas sepatu Rafheoo
Masuk industri sepatu, berarti harus siap dengan ide-ide segar. Mental semacam itu yang diakui Hendi harus dimiliki setiap pegiat kreatif untuk bertahan di industri bermodal besar tersebut.
Hendi mengungkapkan, mental tersebut ia pupuk sejak membangun Rafheoo Footwear. Ia mencoba mengambil inspirasi dari merek-merek unik, satu di antaranya Visvim.
Baginya, merek busana asal Jepang tersebut, terutama produk sneakers, memiliki konsep out of the box. Hal tersebut tercermin dari material upper, mulai dari denim hingga suede.
"Nah, suatu saat saya mau punya roh seperti Visvim. Bikin sepatu dengan deliver material unik di sepatu saya," katanya.
Sejauh ini, Rafheoo sudah menggunakan material-material unik, mulai dari corduroy, kendo gi, canvas, twill, broken twill hingga waffle. Hendi tak menampik jika ke depan Rafheoo bakal membuat sneakers dengan material upper unik.
"(Identitas Rafheoo adalah) keunikan dari kain itu sendiri," ujar Hendi.
Selain upper, yang menarik perhatian dari Rafheoo adalah midsole berdesain tambalan. Hendi mengakui jika konsep itu terinspirasi dari Visvim Sky Lo Stripes. Lalu, ia merealisasikan dengan membuat desain lebih simpel—tidak warna-warni.
Untuk membuat tambalan tersebut pun tak mudah. Ia perlu 'kanibal' satu midsole untuk dipotong, lalu tempel satu per satu. Hal ini pula yang membuat produksi sepatu vulkanisasi ini dua setengah kali lebih lama daripada sneakers umumnya.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.