Bahkan pada pernikahan tanpa drama sekalipun, perceraian bisa membawa masalah tak terlihat. Terutama jika ada masalah komunikasi sebelumnya.
Pada tipe pernikahan seperti itu, masalah di bawah permukaan seringkali memicu amarah yang lebih besar ketika perceraian. Misalnya saja perbedaan pandangan tentang uang, masalah asuh anak, atau keseimbangan kerja dan rumah.
Mantan pasangan yang menghadapi masalah ini seringkali menjadi lebih tidak stabil setelah perceraian dilakukan. Bahkan ketika masalah utama telah diselesaikan atau diputuskan, amarah masih bisa tersisa.
Namun, alih-alih berpura-pura segala hal baik-baik saja, orangtua sebaiknya memperbolehkan anak-anak menghadiri sesi terapi untuk membicarakan masalah mereka sehingga mereka pun bisa menghadapi situasi sulit tersebut.
9. Jangan mengubah mantan pasangan
Kunci dari perceraian yang bahagia adalah menerima mantan pasangan sebagaimana diri mereka.
"Lihatlah mantan pasangan sebagaimana anak-anak melihatnya," kata Hayes, yang bercerai dengan dua anak.
Ini akan mencegah orangtua untuk berbicara negatif tentang satu sama lain. Hayes bahkan sebisa mungkin mencoba menyampaikan hal-hal baik tentang mantan suaminya kepada anak-anak mereka.
Ketika ia tak lagi mencintai sang mantan suami dalam konteks tradisional, tetap ada hubungan unik antara keduanya.
"Dia adalah ayah dari anak-anakku dan kami sudah melalui semuanya bersama. Dia menjadi cinta dalam hidupku untuk 15 tahun dan akan selamanya ada di hidupku, jadi aku harus menerima kondisi saat ini," kata Hayes.
10. Jangan tempatkan diri di situasi tidak aman
Terkadang, perceraian bahagia artinya adalah membuat batasan. Jika ketika masih menikah Anda adalah pasangan yang banyak konflik, jangan diulangi setelah bercerai.
Dalam banyak kasus, tak masalah untuk tidak memprioritaskan hubungan dengan mantan pasangan. Misalnya, ketika mantan pasangan sering bersikap kasar, sebaiknya menjauh.
Menjadikan masa setelah perceraian menjadi masa bahagia anak
Proses perceraian kolaboratif mempertimbangkan kebutuhan di masa depan pada keluarga binuklir. Ini diharapkan mampu memberikan situasi yang lebih baik pada anak meskipun orangtua tidak lagi bersama.
Orangtua pada umumnya ingin anak-anak mereka hidup bahagia dan memiliki masa depan yang bahagia ketika dewasa.
Terlepas dari tantangannya, menjaga hubungan keluarga tetap baik setelah pernikahan adalah hal yang memungkinkan. Misalnya, duduk bersama mantan pasangan ketika menyaksikan anak mengikuti lomba sepakbola.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.