Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Batasi Kalori pada "Orang Sehat" dengan Bobot Ideal, Apa Dampaknya?

Kompas.com - 25/07/2019, 15:41 WIB
Glori K. Wadrianto

Editor

KOMPAS.com - Sudah bukan rahasia lagi, jika ada pemahaman yang menyebut bahwa memperhatikan asupan makanan harian sangat membantu menjaga kesehatan jantung.

Kendati demikian, sebuah penelitan terbaru yang dipublikasikan di The Lancet Diabetes & Endocrinology mengungkapkan sebuah kesimpulan yang mengejutkan.

Sebab, sekalipun bagi mereka yang sehat dan memiliki berat badan ideal, memangkas kalori harian -yang relatif kecil, amat membantu kondisi kesehatan.

“Kami meneliti efek pembatasan kalori jika diterapkan kepada manusia muda yang sehat."

Begitu kata Dr. William Kraus, ahli jantung dan penulis utama dalam penelitian ini, kepada ABC News.

“Kami menemukan fakta, pengurangan kalori pada orang sehat, sekitar 300 per hari, mendatangkan manfaat bagi kesehatan jantung," kata dia.

Baca juga: Gabungan Lari dan Crossfit Bantu DJ Ini Turun Berat Badan

Dalam riset ini, para peneliti membagi dua kelompok orang sehat di bawah usia 50 tahun, selama dua tahun.

Satu grup yang terdiri dari 71 orang melanjutkan gaya hidup mereka seperti biasa, termasuk tanpa diet.

Sementara, satu grup lainnya, yang terdiri dari 188 orang menjalani program pemangkasan kalori.

Pada fase awal, grup kedua diminta memangkas 25 persen kalori harian mereka. 

"Kami tidak mengubah proporsi karbohidrat, lemak, atau protein -kami hanya mengurangi kandungan kalori," kata Kraus.

Ini dilakukan dengan terlebih dulu mengajarkan hal-hal esensial kepada para responden, misalnya bagaimana menghitung kalori, dan menetapkan ukuran porsi.

Nah, orang-orang sehat di kelompok kedua itu diminta untuk mempertahankan pola makan tersebut selama dua tahun.

Baca juga: Pangkas Konsumsi Gula, Berat Badan Carlisa Demeritte Turun Hampir 50 Kg

Namun, besar kalori rata-rata tak mencapai 25 persen, melainkan sekitar 12 persen, atau kira-kira 300 kalori sehari.

Tentu saja, ini bukanlah angka penurunan yang berlebih. Bayangkan "korting" 300 kalori dari asupan kalori pada wanita yang sekitar 1.600-2.400 kalori, atau 2.000-3.000 pada pria.

Tidak banyak bukan?

 

Ilustrasi lingkar pinggangvadimguzhva Ilustrasi lingkar pinggang
"Pemotongan 300 kalori itu kira-kira setara dengan sepotong apple pie, atau 30 keping keripik kentang, atau memangkas camilan usai makan malam." kata Kraus.

Apa hasilnya? Meskipun terdengar amat sedikit ternyata pola makan tersebut mampu mendatangkan sejumlah benefit.

Rata-rata peserta penelitian mengalami penurunan massa lemak sekitar lima kilogram.

Lalu, kandungan kolesterol jahat (LDL) anjlok, sementara kandungan kolesterol baik (HDL) meningkat, disertai angka tekanan darah yang lebih rendah.

Mereka pun menjadi lebih sensitif terhadap insulin, yang merupakan hormon "kunci" dalam pengendalian gula darah, hingga muncul pengurangan risiko diabetes.

“Jelas sekali, apa yang mengejutkan kami adalah besarnya dampak pada tubuh responden, yang sebenarnya sudah memiliki parameter normal dalam kondisi kesehatan."

Baca juga: 6 Tips Turunkan Berat Badan dengan Olahraga Lari

"Mereka semua masih muda, dan memiliki berat badan ideal," sambung Kraus. 

Peneliti lalu menngungkap, sekalipun masih mudah, atau pun orang dewasa yang sehat, penurunan moderat terhadap konsumsi kalori masih amat berguna.

Tentu saja, penelitian selanjutnya harus mengeksplorasi mengapa benefit yang muncul bisa sedemikian besar.

“Kami melihat adanya sejumlah perkembangan yang baik terhadap parameter biologis mereka, karena mereka tentu mengalami penurunan berat badan."

“Kendati demikian, penurunan berat badan, hanya mampu mengungkap kira-kira 25 persen dari perkembangan keseluruhan," kata dia.

“Dampak dari pemangkasan kalori terhadap metilasi DNA, adalah hal yang ingin kami ungkap di masa depan," kata Kraus. 

Metilasi adalah modifikasi kimiawi terhadap DNA sebagai bentuk respons terhadap perubahan lingkungan - termasuk nutrisi- yang mengubah cara gen diekspresikan.

Dr. Frank Hu, seorang profesor nutrisi dan epidemiologi di Harvard, hasil penelitian ini memiliki terobosan dalam beberapa hal, namun tetap perlu diwaspadai.

"Salah satu tantangan praktis terbesar adalah menerjemahkan bagaimana pembatasan kalori dengan cara menghitung kalori harian secara akurat, dan mengetahui batasan optimalnya," kata Hu.

Baca juga: Kerap Dihindari, Lemak Rupanya Penting untuk Turunkan Berat Badan

Hu juga menyebutkan, penghitungan kalori saja tidak mungkin untuk mengekang berkembangkan epidemi obesitas global.

"Menciptakan kebiasaan makan yang sehat dan mengubah norma sosial yang terkait dengan itu, dapat mempermudah individu mencapai dan mempertahankan berat badan yang sehat," kata Hu.

Namun demikian, metode yang murah dan efektif seperti pembatasan kalori ini, bisa sangat berharga dalam mengatasi problem epidemi obesitas.

Intinya, kata Kraus, ketika kita bisa mengurangi kalori, segala sesuatu akan lebih baik daripada tidak sama sekali.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com