Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
DR. dr. Tan Shot Yen, M.hum
Dokter

Dokter, ahli nutrisi, magister filsafat, dan penulis buku.

Ketika Menyusui Hanya Sekedar Memberi ASI

Kompas.com - 26/07/2019, 07:45 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

 

Memberi ASI perahan sama sekali tidak sama dengan menyusui langsung bayi secara ekslusif.

Akibat menyusu ekslusif yang tidak adekwat ini, dari organisasi kemanusiaan Alive and Thrive yang salah satu pendananya adalah Bill & Melinda Gates Foundation, ditemukan data: kita menanggung 15 ribu kematian anak yang semestinya bisa dicegah dan lebih dari 9 juta kasus diare dan pneumonia.

Bukan itu saja, akibat bayi tidak disusui secara ekslusif, maka lebih dari 743 juta dolar Amerika (bayangkan!) diboroskan karena harus memberi susu formula.

Belum lagi, biaya sebesar 85 juta dolar juga terbuang hanya untuk mengongkosi pengobatan ibu dan bayi yang cenderung mudah sakit karena tidak disusui.

Di sisi lain, bayi yang tidak menyusu ekslusif di kemudian hari cenderung menjadi anak dengan risiko obesitas, dimana 62.408 kasus obesitas per tahun semestinya bisa dicegah.

Menyusu ekslusif tidak membutuhkan peralatan, mencegah diare, dan bayi mendapatkan kekebalan tubuh yang optimal dari ASI yang komposisinya selalu berubah setiap saat, walaupun dari ibu yang sama.

Nah, hal satu ini pun tidak semua ibu yang memberikan ASI cukup paham. Keistimewaan ASI yang tidak akan pernah bisa ‘dicontek’ susu formula adalah kandungan antibodi.

Baca juga: Teknologi Bisa Dipercepat, Sementara Kehidupan Harus Tetap Taat Kodrat

Bukan imbuhan DHA yang katanya bikin otak pintar, bukan probiotik yang katanya anti mencret, bukan pula antioksidan.

Di awal kehidupannya, bayi secara khusus harus terlindungi dulu dari penyakit akibat terpapar dengan dunia baru di luar kandungan ibunya. Dia tidak butuh mendadak belajar matematika atau sigap menangkap bola.

Selama 24 jam ASI punya komposisi yang fluktuatif. Sangat menyedihkan jika saya bertanya,”Ayo, jika terpaksa bekerja dan ibu harus perah ASI, dari sederet kantong ASI yang ada di kulkas, yang mana diberikan ke bayinya lebih dahulu?” Dan dijawab,”ASI yang paling lama disimpan...”

Begitulah jika otak terprogram seperti menyetok kaleng kornet dengan tanggal kadaluwarsa.

Baca juga: MPASI Rumahan Tidak Sama dengan MPASI Murahan

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com