Memberi ASI perahan sama sekali tidak sama dengan menyusui langsung bayi secara ekslusif.
Akibat menyusu ekslusif yang tidak adekwat ini, dari organisasi kemanusiaan Alive and Thrive yang salah satu pendananya adalah Bill & Melinda Gates Foundation, ditemukan data: kita menanggung 15 ribu kematian anak yang semestinya bisa dicegah dan lebih dari 9 juta kasus diare dan pneumonia.
Bukan itu saja, akibat bayi tidak disusui secara ekslusif, maka lebih dari 743 juta dolar Amerika (bayangkan!) diboroskan karena harus memberi susu formula.
Belum lagi, biaya sebesar 85 juta dolar juga terbuang hanya untuk mengongkosi pengobatan ibu dan bayi yang cenderung mudah sakit karena tidak disusui.
Di sisi lain, bayi yang tidak menyusu ekslusif di kemudian hari cenderung menjadi anak dengan risiko obesitas, dimana 62.408 kasus obesitas per tahun semestinya bisa dicegah.
Menyusu ekslusif tidak membutuhkan peralatan, mencegah diare, dan bayi mendapatkan kekebalan tubuh yang optimal dari ASI yang komposisinya selalu berubah setiap saat, walaupun dari ibu yang sama.
Nah, hal satu ini pun tidak semua ibu yang memberikan ASI cukup paham. Keistimewaan ASI yang tidak akan pernah bisa ‘dicontek’ susu formula adalah kandungan antibodi.
Baca juga: Teknologi Bisa Dipercepat, Sementara Kehidupan Harus Tetap Taat Kodrat
Bukan imbuhan DHA yang katanya bikin otak pintar, bukan probiotik yang katanya anti mencret, bukan pula antioksidan.
Di awal kehidupannya, bayi secara khusus harus terlindungi dulu dari penyakit akibat terpapar dengan dunia baru di luar kandungan ibunya. Dia tidak butuh mendadak belajar matematika atau sigap menangkap bola.
Selama 24 jam ASI punya komposisi yang fluktuatif. Sangat menyedihkan jika saya bertanya,”Ayo, jika terpaksa bekerja dan ibu harus perah ASI, dari sederet kantong ASI yang ada di kulkas, yang mana diberikan ke bayinya lebih dahulu?” Dan dijawab,”ASI yang paling lama disimpan...”
Begitulah jika otak terprogram seperti menyetok kaleng kornet dengan tanggal kadaluwarsa.