Lo mengatakan, spektrum warna-warna cerah yang dipakainya terinspirasi dari peleburan budaya di negeri singa.
Ekspresi itu diwakili oleh pola-pola dasar menyerupai petir, lensa kamera, koin dollar dan koin keberuntungan.
"Desain pada arloji ini menyajukan nilai-nilai saat ini yang kami miliki, menyoroti unsur-unsur budaya modern, dan mengawinkannay dengan unsur tradisional."
"Sementara, jam G-Shock yang terkenal tangguh mewakili simbol perjuangan bangsa ini untuk bergerak maju dan terus membangun negeri," kata Lo.
Baca juga: Intip Arloji Emas G-Shock Seharga Rp 1 Miliar
Sejalan dengan tema peringatan Hari Kemerdekaan Singapura yang tepat jatuh pada 9 Agustus 2019 yakni “Our Singapore”, jam edisi khusus ini dikemas secara khusus pula.
Kemasan arloji ini pun dihiasi dengan nuansa yang sama, dan menampilkan aksen dari lagu tema peringatan "We Are Singapore".
Arloji pertama
Lo mengaku G-Shock adalah arloji pertamanya. Dia tertarik memakai jam tangan asal Jepang ini karena ketangguhan dan desainnya.
Sejak pertama kali diproduksi di tahun 1983, G-Shock sudah melakukan sederet kolaborasi dengan berbagai pihak, dari beragam latar belakang.
Mulai dari pemusik, perancang busana, atlet dunia, maupun tokoh-tokoh seni digandeng untuk menelurkan arloji dengan sentuhan khas.
Nah, kolaborasi dengan seniman Singapura ini pun bukan yang pertama kali.
Salah satunya, Casio pernah mengagas kolaborasi dengan seniman Clogtwo untuk model G-Shock DW-5600.
Versi itu pun diproduksi terbatas hanya 300 arloji, yang dikemas bersama sebuah patung mekanis berbentuk tangan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.