Soal pencarian jodoh, penelitian dari Stanford University memperkirakan di masa depan, dunia maya akan jadi sarana utama pasangan bertemu.
Penelitian itu mengungkap 39 persen atau mayoritas pasangan heteroseksual saat ini bertemu lewat dunia maya. Angka ini naik dari 22 persen di 2009.
Dua dekade lalu, tepatnya pada era 1990, 34 persen pasangan bertemu lewat pertemanan. Dulu, cara ini paling banyak terjadi.
Namun kini, angkanya merosot jadi hanya 20 persen pasangan saja yang bertemu karena dikenalkan teman.
Survei yang melibatkan 3.009 pasangan ini juga mengungkap pasangan yang bertemu lewat kerjaan, keluarga, atau lingkungan rumah, turun seiring dengan disrupsi digital dalam hal pencarian jodoh.
"Peningkatan kencan online telah menggantikan cara orang bertemu," kata sang peneliti, Michael Rosenfeld seperti dikutip dari The Guardian.
Peneliti University of Illinois-Chicago Pamela Anne Quiroz pada 2013 pernah meneliti pergeseran dalam kencan melalui aplikasi ponsel.
Melalui analisis konten terhadap aplikasi online dating berbasis lokasi seperti Tinder, Quiroz menyimpulkan pergeseran ini hasil dari gaya masyarakat postmodern.
Saat ini, kemudahan dan jarak merupakan elemen yang diharapkan ada pada setiap produk.
Ekspektasi tersebut, seperti halnya kemungkinan yang tak terbatas, membentuk niche bagi ‘generasi gratifikasi instan’ untuk mencari, menerima, dan menolak pasangan potensial dalam genggaman tangan.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.