Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di-ghosting hingga Dirampok, Pengalaman Buruk Jalani Kencan Online

Kompas.com - 03/08/2019, 06:30 WIB
Nibras Nada Nailufar,
Heru Margianto

Tim Redaksi

Disusupi kriminal

Sejumlah kasus kriminal benar-benar terjadi lewat aplikasi kencan. Pada 2018 misalnya, di New York, polisi menangkap Danuel Drayton atas tuduhan memperkosa dan membunuh Samantha Stewart yang dikenalnya lewat Tinder.

Drayton mengakui perbuatan itu dan mengakui sebelumnya membunuh enam perempuan lain yang ditemukannya di Tinder.

Di Indonesia, Polresta Depok pernah menangkap seorang laki-laki bernama Andhika Prasetyo (39), yang mencuri mobil teman kencannya yang dikenal lewat Tinder.

Andhika sudah empat kali melakukan perbuatan serupa. Ia sengaja mengincar perempuan usia 40-an dengan profesi menjanjikan.

Ia merayu dan mendengarkan perempuan yang diincarnya sehingga perempuan itu nyaman dan tak mengira akan dirampok.

YP (21) seorang mahasiswi di Bandung, Jawa Barat juga pernah diperkosa pria yang dikenalnya lewat Tinder.

YP awalnya diajak ke hotel dengan alasan mengambil barang-barang lalu check out. Tak disangka, YP malah diperkosa.

Peneliti Universitas Indonesia Chandra Kirana alias Kicky mengatakan kekecewaan dan tindak kriminal menjadi hal yang harus diwaspadai dari kencan online.

"Ini dunia digital, memang tidak gampang mengantisipasi situasi itu. Belum lagi ketika ada kekerasan, pelecehan seksual, pencurian, risiko lainnya, itu perlu dipahami secara hati-hati," kata Kicky.

Ini bisa dilakukan dengan tidak buru-buru percaya dengan orang asing yang dikenal dari dunia maya seberapa pun menarik dan nyamannya hubungan. Cara lain, jujur sejak awal dan siap-siap kecewa.

"Misalnya jika ada identitas palsu yang ditampilkan, bagaimana kesiapan pengguna. Sepemahaman saya, sejak awal pengguna harus jujur tentang identitas diri dan mereka bisa komplain jika ada situasi seperti ini," ujar Kicky.

Sebelum swipe kanan dan mengobrol, ingat, kemungkinan apa saja bisa terjadi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com