JAKARTA, KOMPAS.com - Ada yang terpinggirkan, lalu kembali eksis dan diminati. Semua tinggal menunggu momen.
Begitu kira-kira nasib Antares, sampel sepatu lari League yang kini mendapat remake berkat kolaborasi dengan Indonesia Sneaker Team (IST).
Semula, seperti diceritakan product manager League, Ginanjar Perdana Putra, Antares hanya prototipe yang dipajang di deretan sepatu sampel lain.
Siapa sangka, saat League mengajak tim IST--Pandu Raditya Birmawan, Raymond Zein, Kharisma Pascautomo dan Muhamad Raihan Imam--main ke kantor, komunitas tersebut justru melirik Antares yang akhirnya kini mewujud dalam sneakers transparan.
Momen kembalinya Antares, yang kini memiliki nama Fresh Start 42Ø, juga menjadi energi 'positif' bagi desainer League.
"Nah, dampak desain ini diminati oleh komunitas salah satunya pada desainer, tingkat kepercayaan diri desainer meningkat, karena merasa desain yang semula ditolak, justru dianggap sebaliknya oleh komunitas," kata Gigin, sapaan akrab Ginanjar, kepada Kompas.com di Jakarta.
Desain baru, pertahankan yang lama
Label lokal itu memilih material transparan, yang lagi-lagi berdasarkan diskusi dengan IST.
Konsep sneakers transparan dianggap tengah digandrungi dalam satu tahun belakangan, sehingga menciptakannya dianggap akan ikut dalam memanfaatkan momentun.
"Meskipun kami juga sudah punya sepatu transparan pada 2011, tapi memang tidak terlalu di-highlight," ujar Gigin.
Sneakers kolaborasi ini, kata Polo--sapaan akrab Pandu, memang berusaha mengikuti tren, terutama sejak label-label dunia melirik desain transparan untuk sepatu.
Namun, tak sekadar ikut-ikutan, League dan IST justru berusaha menciptakan pasar sendiri.
Tak sekadar transparan, material dan detail lain pun ikut diperhatikan.
Dari sisi material, misalnya, sneakers ini mempertahankan kenyamanan, sehingga dipilih material breathable.