Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 06/08/2019, 12:00 WIB
Lusia Kus Anna

Editor

KOMPAS.com – Kecemasan dan kegelisahan sebenarnya merupakan emosi yang wajar dialami. Namun, jika kondisi itu bisa disebut tidak normal jika sampai mengganggu aktivitas sehari-hari.

Gangguan kecemasan (anxiety) ditandai dengan rasa khawatir dan takut berlebihan sehingga seseorang sulit berkonsentrasi, susah tidur, hingga merasakan gejala fisik seperti mual atau gemetaran.

Gangguan tersebut memang lebih banyak dialami orang dewasa karena kompleksitas masalah hidup yang dihadapinya. Namun, pada remaja ternyata angkanya juga terus meningkat.

Menurut data National Institute of Health Amerika Serikat, sekitar 20 persen remaja berusia 13-18 tahun mengalami gangguan cemas. Hal itu tentu memprihatinkan.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan gangguan cemas itu dialami anak remaja. Selain faktor genetik, zat kimia di otak, kepribadian, dan kejadian besar dalam hidup, setidaknya faktor ini juga berpengaruh:

- Tuntutan sukses
Tekanan dan harapan yang tinggi untuk mencapai kesuksesan dari lingkungan ternyata membuat banyak remaja merasa cemas. Menurut sebuah penelitian pada mahasiswa baru terungkap, mayoritas merasa kewalahan dengan banyaknya daftar yang harus mereka lakukan untuk mencapai sukses.

Baca juga: Remaja Indonesia Masih Takut Bicara Edukasi Seksual dengan Orangtua

- Dunia yang tidak aman
Kriminalitas yang terjadi di lingkungan sekitar juga membuat mereka merasa tidak aman. Walau tidak mengalami sendiri, namun pemberitaan mengenai kejahatan yang terjadi membuat mereka takut berada di ruang publik.

- Media sosial
Anak-anak dan remaja di era teknologi ini selalu terhubung dengan media sosial. Tak mengherankan jika kepercayaan diri mereka dipengaruhi oleh respon dari media sosial. Sulit bagi mereka untuk tidak membandingkan kehidupannya dengan orang yang mereka lihat di media sosial.

Baca juga: 5 Alasan Media Sosial Bisa Mengganggu Kesehatan Mental

Perasaan cemas, gelisah, dan panik, tersebut bisa memicu masalah mental seperti depresi, penggunaan narkoba dan alkohol, bahkan bunuh diri.

Pada tahap awal, remaja akan mengalami kesulitan untuk fokus dan belajar sehingga kehidupan sekolah mereka terganggu.

Sebagai orangtua, guru, atau siapa pun yang setiap hari berinteraksi dengan remaja, kita perlu mewaspadai tanda-tanda kecemasan pada anak.

Beberapa tanda yang perlu diwaspadai misalnya anak mengeluh cemas dan takut menjalani aktivitas rutinnya, perubahan emosi menjadi gampang marah dan tersinggung, menghindari interaksi social, hingga kesulitan tidur dan konsentrasi.

- Ajak remaja untuk berbicara. Cobalah melihat dunia dari sudut pandang mereka dan bantu mereka melihat perspektif yang berbeda.

- Bijaksanalah dalam menetapkan standar yang harus mereka capai. Harapan yang tinggi memang bisa membantu anak meraih potensinya, tetapi tetaplah bersikap realistis. Ingatlah bahwa anak juga butuk rileks, bermain, dan berkumpul dengan temannya.

- Bantu anak untuk bijaksana melihat isi media sosial dan ajak mereka untuk membatasi penggunannya.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com