BrandzView
Konten ini merupakan kerja sama Kompas.com dengan Prodia

Terungkap, Ini Alasan di Balik Berat Badan yang Sulit Turun

Kompas.com - 12/08/2019, 09:03 WIB
Anissa DW,
Kurniasih Budi

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Berprofesi sebagai juru masak di salah satu restoran ibu kota membuat, Reni (23), harus bekerja sambil berdiri berjam-jam. Namun, dengan berat badan yang mencapai 70 kg saat ini, dia tidak lagi kuat untuk berdiri dalam waktu lama.

Reni bukannya tidak pernah mencoba menurunkan bobot tubuhnya. Dia sudah mencoba berbagai jenis diet, seperti diet mayo hingga diet rendah kalori.

Tak ketinggalan, Reni rutin berolahraga tiga kali dalam satu minggu. Dirinya sering mengikuti kelas zumba, pound fit, dan lari.

Hasilnya, nihil. Beberapa kali berat badannya memang berhasil turun, tetapi hal itu tidak bertahan lama. Bobotnya akan mudah naik ketika dia banyak mengonsumsi gorengan, mie, atau makanan berbahan dasar tepung.

Lain halnya dengan sang adik, Dina (20), meskipun tidak mengontrol asupan makanan, berat badannya cenderung stabil.

Perbedaan gen

Ternyata perbedaan antara Reni dan Dina itu disebabkan oleh gen. Meskipun bersaudara, tubuh mereka memiliki karakteristik berbeda satu sama lain.

Hal ini dibuktikan oleh riset bertajuk Human Genome Project, yang dilakukan National Human Genome Research Instittute (NHGRI) sejak 1990 hingga 2003.

Selama lebih dari 10 tahun, penelitian itu berhasil memetakan 3 miliar pasang DNA dalam tubuh manusia. Dari penelitian itu terungkap, meskipun 98 persen gen setiap manusia sama, terdapat perbedaan sebesar 2 persen.

Bagian kecil itulah penyebab setiap orang berbeda dan unik, meski saudara kandung sekalipun. Contohnya, setiap orang punya sifat, warna kulit, atau warna rambut berbeda.

Gen tidak hanya mempengaruhi sifat dan fisik manusia, tapi juga menentukan respons tubuh terhadap nutrisi, jenis olahraga, serta risiko penyakitnya.

Dunia kesehatan pun telah mempelajari hubungan antara gen dan nutrisi, melalui ilmu nutrigenomik. Melansir artikel di laman pathway.com, nutrigenomik merupakan salah satu cabang ilmu genetik tentang bagaimana makanan memengaruhi gen, serta bagaimana variasi genetik menentukan cara tubuh bereaksi terhadap nutrisi di makanan.

Ilmu tersebut membantu memahami sumber nutrisi baik dan tepat bagi tubuh seseorang, dan mana makanan yang berpengaruh buruk.

Misalnya, lewat nutrigenomik dapat diketahui jika seseorang alergi terhadap jenis makanan tertentu, tipe diet sesuai, hingga bagaimana tubuh memproses makanan.

Selain kebutuhan nutrisi, ternyata jenis serta porsi olahraga setiap orang juga berbeda. Nutrisi dan latihan fisik dengan porsi sama, belum tentu memberikan efek serupa.

Ilustrasi OlahragaSHUTTERSTOCK Ilustrasi Olahraga

Perbedaan tersebut bersifat spesifik untuk satu individu. Bahkan, anak kembar sekalipun bisa memiliki kebutuhan nutrisi, jenis olahraga, dan risiko penyakit berbeda.

Oleh karena itu, penting untuk mengetahui kebutuhan nutrisi dan jenis olahraga tepat untuk tubuh agar dapat menjaga kesehatan serta mencegah timbulnya beragam risiko penyakit.

Pemeriksaan genomik

Salah satu cara untuk mengetahuinya adalah dengan melakukan pemeriksaan genomik. Di dunia kesehatan, pemeriksaan genomik bukan hal baru.

Akan tetapi, di Indonesia, pemeriksaan itu masih jarang dilakukan. Salah satu laboratorium klinik yang memiliki fasilitas pemeriksaan genomik adalah Prodia, melalui pemeriksaan Prodia Nutrigenomics.

Pemeriksaan itu akan menganalisis lebih dari 50 jenis gen dan 75 variasi genetik, yang berkaitan dengan nutrisi dan olahraga.

Pada kelompok nutrisi, dapat diketahui kecenderungan setiap individu terhadap presepsi rasa, respon terhadap makanan, metabolisme nutrisi, serta pengelolaan berat badan dan komposisi tubuh berdasarkan tipe dari gennya.

Sementara itu, pada kelompok olahraga dapat diketahui manfaat berolahraga dan jenis olahraga yang cocok sesuai dengan tipe gen. Misalnya, olahraga yang mengandalkan kekuatan atau daya tahan.

Dengan mengikuti tes tersebut, dapat diketahui nutrisi dan olahraga tepat sesuai tipe gen untuk meminimalisir munculnya beragam risiko penyakit. Utamanya, mencegah penyakit degeneratif, seperti diabetes dan obesitas.

Bagi yang sedang menjalankan program pengelolaan berat badan, tes ini juga akan sangat membantu. Sebab, melalui tes genomik, mengatur pola makan dan gaya hidup menjadi lebih mudah.

Selain itu, karena pemeriksaan genomik bukan diagnosa, maka dapat dilakukan dalam kondisi tubuh apapun. Pengecekannya pun cukup dilakukan satu kali seumur hidup.

Nah, bagi yang ingin menjalani gaya hidup lebih sehat, tidak ada salahnya untuk mengikuti pemeriksaan tersebut.


komentar di artikel lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com