Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 13/08/2019, 07:23 WIB
Lusia Kus Anna

Editor

KOMPAS.com – Beberapa kota besar di Indonesia sedang menghadapi polusi udara yang sudah masuk dalam kategori berbahaya. Ancaman yang tak lebih ringan juga dihadapi dari polusi suara.

Polusi suara diartikan sebagai suara yang menggangu atau tidak diinginkan, yang mengurangi kualitas hidup.

Suara lalu lintas, gonggongan anjing, dan musik yang keras, merupakan sebagaian dari penyumbang polusi suara.

Hidup kita memang dikelilingi oleh suara. Mayoritas tidak berbahaya, tapi faktanya suara memang berpengaruh pada kesehatan.

Laporan tahun 2014 yang dipublikasikan oleh National Institute of Health mengungkap bahwa hampir 10 juta orang Amerika mengalami gangguan kesehatan, seperti penyakit jantung, susah tidur, hipertensi, hingga hilangnya pendengaran, karena paparan suara bising.

“Suara adalah polutan yang tak terlihat yang memengaruhi pernapasan, gelombang otak, dan kenyamanan,” kata pendiri Quiet Mark, produk pengujian tingkat kebisingan yang berbasis di Inggris.

Berapa desibel?

Desibel (dB) merupakan pengukuran intensitas suara, makin intens makin tinggi angka desibelnya.

Jadi, berapa desibel yang tergolong polusi suara? Paparan 85 dB dalam waktu lama dianggap berbahaya, namun suara 120 dB dalam waktu singkat pun juga bisa merusak.

Sebagai ilustrasi, suara bisikan di dekat telinga memiliki 30 dB, suara kulkas sekitar 40 dB, suara knalpot standar sepeda motor 68-81 dB, kereta api yang lewat 100 dB, dan sirine ambulans 120 dB.

Untuk mengetahui berapa kebisingan suara di sekitar, kita juga bisa mengukurnya dengan aplikasi di ponsel.

Baca juga: Apa Jenis Musik Cocok Digunakan Sebagai Pengantar Tidur?

Suara knalpot yang tidak sesuai standar.Korlantas Suara knalpot yang tidak sesuai standar.

Suara yang tak disadari

Selain suara-suara yang sumbernya jelas, ternyata kita juga sering terpapar suara yang tidak kita sadari dan sangat berpengaruh, terutama ketika tidur.

Telinga manusia sangatlah sensitif dan tak pernah istirahat. Jadi, walau sedang tidur, telinga kita tetap bekerja menangkap suara dan mengirimkannya ke otak untuk diinterpretasi.

Dengan kata lain, walau kita tidak menyadari, tapi suara dari lingkungan sekitar; suara lalu lintas, musik yang disetel tetangga, hingga suara pesawat lewat, masih kita dengar dan tubuh kita bereaksi olehnya.

Paparan suara bising bukan hanya berpengaruh pada organ pendengaran, tapi juga mengurangi daya ingat dan kreativitas, serta melemahkan kemampuan psikomotorik.

Efek lain yang lebih serius juga bisa terjadi. Walau kita tidak terbangun, paparan suara bising dalam jangka panjang bisa memicu respon stres tubuh, yang akan menaikkan tekanan darah dan detak jantung. Dalam jangka panjang akan memicu penyakit jantung.

Karenanya, penting untuk menyadari bahaya polusi ini dan mulai membatasi paparannya. Misalnya dengan mengecilkan volume ketika mendengar music dari headphone, menutup rapat pintu dan jendela ketika tidur, serta memakai penutup telinga ketika berada di lingkungan kerja yang bising.

Baca juga: Di Mumbai, Bising di Zona Senyap Bisa Dipenjara hingga 5 Tahun

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com