Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Trik "Mengakali" Otak, Agar Kita Suka Sayur-Sayuran

Kompas.com - 15/08/2019, 09:41 WIB
Nabilla Tashandra,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Semua orang tahu, sayur-sayuran baik untuk kesehatan. Namun sayangnya, tidak semua orang suka menyantapnya. Apalagi, jika kebiasaan itu sudah dipupuk sejak lama.

Salah satu alasan mengapa sejumlah orang tidak suka sayur adalah karena rasanya yang dianggap kurang nikmat.

Alasan lainnya, misalnya, karena harganya -untuk produk tertentu, yang dianggap tidak murah.

Profesional nutrisi holistik dari Boulder, Colorado, Cynthia Stadd membenarkan adanya pemahaman itu.

Pakar yang memiliki spesialisasi di bidang hubungan makan dan psikologi makan itu mengatakan, kurangnya aksesibilitas produk dan jadwal yang sibuk kerap membuat kita sulit menerapkan pola makan sehat.

Baca juga: 7 Hal yang Perlu Dipahami Sebelum Pilih Pola Makan Vegan

"Banyak orang tahu harus makan banyak sayur dan mau. Tapi, mereka tidak tahu bagaimana memulainya, tidak punya waktu untuk membeli dan mempersiapkannya," kata Stadd.

Sementara, ahli gizi diet dari Connectitut sekaligus konsultan nutrisi sekolah dan program kesehatan pekerja, Jill Patterson mengatakan, banyak kliennya yang tak menyimpan bahan makanan segar karena khawatir cepat busuk.

Sayur-sayuran kaleng atau beku kemudian menjadi solusi, meskipun nutrisinya tidak sesegar sayuran segar.

Selain itu, faktor genetik ternyata bisa menjadi penyebab lainnya mengapa seseorang tidak menyukai sayur-sayuran.

Orang-orang dengan gen supertaster (estimasinya 25 persen dari populasi) memiliki lidah perasa dan pengalaman lebih kuat terhadap sensasi rasa, terutama terkait rasa pahit.

Mereka cenderung memilih-milih makanan dan menolak sayur-sayuran, seperti bayam, brokoli, tauge, dan lainnya.

Ada pula faktor psikologis yang berdampak pada kesukaan dan ketidaksukaan seseorang terhadap makanan.

Baca juga: Karya Seni Perubahan Iklim Punya Efek Psikologis bagi Penonton?

Misalnya, jika seseorang dipaksa makan brokoli ketika masih kecil, mereka akan cenderung menyimpan asosiasi negatif atau trauma dengan makanan tersebut, dan tidak akan memakannya ketika dewasa.

Di Indonesia, masih banyak masyarakat yang tidak biasa menyertakan sayur-sayuran dalam jumlah yang cukup di pola makan hariannya.

Tapi jangan khawatir, karena ternyata otak kita bisa "diakali" agar mau mengonsumsi sayur sayuran.

Agar otak beradaptasi

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com