Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menjaga Wastra Nusantara sebagai Bentuk Cinta Warisan Budaya

Kompas.com - 16/08/2019, 09:05 WIB
Bestari Kumala Dewi

Editor

KOMPAS.com - Wastra atau kain tradisonal adalah peninggalan turun-temurun dari leluhur yang menjadi salah satu kekayaan budaya Indonesia.

Setiap lembar wastra memiliki nilai-nilai filosofis yang agung dan luhur, sehingga sangat penting untuk menjaganya.

Menurut Notty Mahdi, Antropolog dari Universitas Indonesia, jika nilai-nilai filosofis dari berbagai motif batik di seluruh nusantara dikaji lebih dalam, maka akan terlihat bahwa motif-motif itu memiliki benang merah yang mencerminkan karakter budaya bangsa.

“Memahami makna dan cerita di balik motif kain nusantara, menjadi salah satu upaya penting menjaga ingatan kita tentang bagaimana peradaban nusantara terbentuk. Ini juga menjadi bagian dari upaya melestarikan keberadaan kain-kain nusantara,” kata Notty dalam diskusi Wastra dan Kemerdekaan menyambut peringatan kemerdekaan RI ke-74 yang digelar diPT Nojorono Tobacco International, di Tanameera Coffee, Jakarta beberapa waktu lalu.

Baca juga: Kecintaan Ani Yudhoyono dengan Kain Daerah...

Notty menambahkan, sejatinya setiap kain nusantara memiliki tujuan penggunaan masing-masing saat kain itu dibuat.

Meski setiap pengguna kain nusantara sebaiknya memahami makna kain yang digunakan, jangan sampai hal itu justru menjauhkan kain nusantara dari keseharian masyarakat.

"Fenomena meluasnya pemakaian batik, tenun, dan beragam kain nusantara lainnya sebagai pakaian keseharian akan menjadikan kain lebih merakyat,” ujar Notty yang juga seorang pemerhati batik Indonesia.

“Yang membuat generasi muda, generasi milenial bersedia mengenakan kain adalah ketika kain itu nyaman dipakai. Enggak harus kok memakai kain batik dengan sanggul atau kebaya."

"Pakai saja dulu baju atasan dari bahan batik misalnya. Yang penting nyaman dulu,” lanjutnya.

Baca juga: Mengenal Kain Tradisional Melalui Adiwastra Nusantara 2019

Senada dengan Notty, Erfan Siboro, seorang pegiat wastra ulos mengaku, ketertarikannya melestarikan ulos berawal dari keinginannya untuk turut meramaikan pilihan penggunaan kain Indonesia sebagai pakaian formal untuk bekerja di kantor.

“Karena saya masih aktif sebagai pegawai di salah satu bank BUMN, saya ingin hari penggunaan kain Indonesia dalam bekerja bukan batik saja, tapi juga kain lainnya, termasuk tenun ulos,” ujarnya.

Saat ini Erfan juga memiliki usaha fashion tenun ulos, Abit Kain, yang telah dirintisnya sejak 2015.

Kini karyanya tak hanya dikenal di kalangan pecinta kain tenun, tapi juga sudah mendunia.

Erfan menyayangkan, sebelumnya banyak orang Batak yang menganggap ulos sebagai sebuah benda keramat, dihormati, dan terkesan berhala.

Padahal, dari dokumen sejarah bisa ditemukan foto-foto nenek moyang orang Batak yang mengenakan ulos sebagai pakaian sehari-hari.

“Yang menarik dari usaha yang saya jalani adalah, saya seperti membuka kembali tabir sejarah dan fakta, yaitu mengembalikan fungsi tenun ulos sebagai sandang, seperti yang digunakan nenek moyang Batak zaman dahulu,” pungkasnya.

Baca juga: Tips Tampil Kekinian dengan Kain Daerah

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com