Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mari, Ikut Tanam Bambu dan Kurangi Sampah Sedotan Plastik...

Kompas.com - 16/08/2019, 16:35 WIB
Nabilla Tashandra,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Masalah sampah plastik saat ini semakin menjadi sorotan. Salah satunya penggunaan plastik sekali pakai seperti sedotan.

Mayoritas sedotan plastik sekali pakai berasal dari gerai-gerai minuman atau restoran.

Menyadari bahwa dunia kuliner semakin melekat dengan gaya hidup masyarakat, BOGA Group menyediakan 10.000 sedotan bambu sebagai alternatif sedotan plastik sekali pakai.

Ribuan sedotan ramah lingkungan itu disediakan di lebih dari 100 outlet-nya di Indonesia.

Outlet BOGA Group antara lain adalah Bakerzin, Pepper Lunch, Shaburi, hingga Kintan Buffet.

"Sejak program ini dijalankan April hingga saat ini, kami sudah berhasil mengurangi sekitar 70 persen penggunaan sedotan plastik di outlet kami."

Baca juga: Kampanye Diet Plastik, Pajang Miniatur Masjid dari 4.200 Sedotan Bambu

Demikian diungkapkan oleh General Manager BOGA Group, Ellen Widodo di Plaza Indonesia, Jakarta Pusat, Jumat (16/8/2019).

Untuk mendapatkan sedotan bambu ini, konsumen hanya perlu membayar Rp 5.000. Biaya itu pun akan didonasikan untuk menanam tanaman bambu di Sukabumi.

Kampanye yang bekerja sama dengan Rethink Campaign ini akan dijalankan secara berkelanjutan.

Tujuannya untuk membangun kepedulian di kalangan masyarakat dalam mengurangi sampah plastik sekali pakai.

Baca juga: Memerangi Sedotan Plastik di Hari Bumi

Evoware selaku inisiator kampanye Rethink bersama Campaign.com berharap kampanye sedotan bambu ini bisa berkontribusi untuk menciptakan gaya hidup bebas plastik.

"Dengan menyediakan 10.000 sedotan bambu di outletnya, BOGA Group membantu kami untuk mencapai 10.000 orang."

"Juga, berpotensi mengurangi 3.620.000 sedotan plastik dalam setahun," kata CEO Evoware, David Christian.

Mengubah gaya hidup

BOGA Group menyediakan 10.000  sedotan bambu sebagai alternatif sedotan plastik sekali pakai di lebih dari 100 outletnya di Indonesia. Uang Rp 5.000 yang dibayarkan konsumen untuk membeli sedotan akan didonasikan untuk menanam kembali tanaman bambu di Sukabumi.KOMPAS.com/Nabilla Tashandra BOGA Group menyediakan 10.000 sedotan bambu sebagai alternatif sedotan plastik sekali pakai di lebih dari 100 outletnya di Indonesia. Uang Rp 5.000 yang dibayarkan konsumen untuk membeli sedotan akan didonasikan untuk menanam kembali tanaman bambu di Sukabumi.
Pengurangan dan pembatasan timbulnya sampah telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah.

Ternyata, salah satu arus besar pengelolan sampah adalah mengubah perilaku dari cara masyarakat membuang sampah atau berkontribusi mengurangi sampah.

Menurut Direktur Pengelolaan Sampah Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup, Novrizal Tahar, poin itu menjadi hal yang paling didorong oleh pemerintah.

Di samping itu, poin lainnya adalah penyempurnaan sistem pengelolaan sampah pemerintah setempat dan sirkular ekonomi.

Baca juga: Tinggalkan Sedotan Plastik, Seberapa Besar Kontribusi bagi Lingkungan?

"Yang paling cepat progress-nya di situ. Bagaimana kita mendorong perubahan perilaku," kata Novrizal.

Sambutan masyarakat pun, menurut dia, tergolong tinggi, termasuk dari kalangan milenial dan masyarakat umum.

Termasuk salah satunya adalah mengurangi penggunaan sampah sedotan sekali pakai sebagai salah satu sampah plastik terbanyak di Tempat Pembuangan Akhir (TPA).

Bahkan, beberapa daerah di Indonesia terbilang cukup militan dalam menerapkan gaya hidup bebas plastik. Misalnya Bali dan Banjarmasin.

"Saya lihat sangat menunjukkan progress dan membuat kultur baru di masyarakat. Ini bisa menyelesaikan persoalan sampah agar semakin baik," ujar dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com