Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 17/08/2019, 09:27 WIB
Reni Susanti,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

Melihat itu, ada kecenderungan budaya ngaret terjadi di negara-negara berkembang atau bekas jajahan seperti Indonesia.

“Di negara maju gak ada. Di Asia misalnya, Jepang sangat terkenal disiplin pada waktu. Padahal sama-sama berada di Asia dengan Indonesia,” imbuh dia.

Baca juga: 7 Kebiasaan Buruk yang Bisa Menyebabkan Gangguan Mental

Budaya ngaret di Indonesia sudah berlangsung lama. Setidaknya makin berkembang pada tahun 1980-an.

Pada tahun itu, Indonesia mulai merasakan macet karena kondisi angkutan umum dan jumlah jalan yang terbatas.

Makin lama kondisi macet makin menggila hingga kerap dijadikan alasan bagi orang yang suka ngaret. Padahal alasan macet saat ini sudah tidak relevan lagi.

“Orang yang tidak suka ngaret akan pergi lebih awal agar tidak terlambat. Sedangkan orang yang dasarnya pengen ngaret bakal telat."

"Ada hambatan struktur di luar dirinya yang menyebabkan dirinya sulit untuk on time,” ungkap Bayu.

Apalagi, dengan berkembangnya trasportasi seperti ojek online, seharusnya dimanfaatkan agar tidak telat.

Baca juga: 8 Kebiasaan Buruk yang Membahayakan Kesehatan Jantung

Senior Manager Area Marketing Grab Indonesia Hery Yulianto mengatakan, ada banyak orang yang tak ingin terjebak dalam kebiasaan mengulur-ulur waktu.

“Kami menyebutnya pejuang #AntiNgaret,” tutur Hery.

Untuk mendukung hal tersebut, Grabbike menghadirkan kampanye #AntiNgaret di delapan daerah besar di Indonesia, yakni Semarang, Yogyakarta, Medan, Bandung, Makassar, Surabaya, Palembang, dan Jabodetabek.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com