KOMPAS.com - Udara yang sejuk, tak terlalu panas atau dingin, serta tertutup selimut yang hangat, merupakan resep ideal untuk tidur nyenyak.
Banyak orang yang sudah terbiasa tidur dalam kondisi tersebut sering merasa susah tidur jika tak memakai selimut. Bahkan di udara yang sebenarnya panas.
Juru bicara Better Sleep Council, Ellen Wermter, mengatakan, irama sirkadian tubuh kita sangat dipengaruhi oleh suhu udara.
"Penurunan suhu tubuh terjadi tepat sebelum kita tidur. Dan suhu ini akan terus turun sepanjang malam. Ini merupakan cara tubuh menghemat energi sehingga bisa dialihkan ke sistem lainnya, misalnya pencernaan," kata Wermter.
Nah, selimut akan menjaga agar suhu tubuh tidak turun terlalu rendah dan membuat kita terbangun gara-gara kedinginan. Dengan begitu, tidur pun lebih nyenyak dan proses regenerasi sel berjalan mulus.
Walau demikian, saat udara panas dan kita berkeringat, memakai selimut justru membuat tidur tidak nyenyak. Selimut akan membuat panas terperangkap.
"Jika kita sudah hangat, selimutan akan membuat suhu bertambah naik," katanya.
Baca juga: Alkohol dan Nikotin Lebih Mengganggu Tidur Ketimbang Kafein
Bila penurunan suhu tubuh sebelum tidur merupakan sinyal bagi tubuh untuk tidur, sebaliknya suhu yang gerah justru membuat otak mengira ini adalah waktunya aktif, bukan istirahat.
Memang ada orang yang tetap bisa tidur meski udara panas, namun biasanya tidak akan nyenyak.
"Suhu inti tubuh akan naik dan membuat kita terbangun karena tubuh berusaha mendinginkan suhunya. Ini akan membuat kita terbangun beberapa kali sepanjang malam," ujarnya.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.