KOMPAS.com - Sejak tahun 2010 dan berlanjut pada tahun 2016, pesohor asal India Priyanka Chopra menyandang tugas mulia sebagai goodwill ambassador bagi Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB).
Sesuai dengan nama gelar yang disandangnya, -mudah diterka, salah satu tugas Priyanka adalah menyuarakan kebaikan dan perdamaian bagi dunia.
Namun kini, kecaman atas gelar tersebut muncul. Adalah Menteri Hak Asasi Manusia Pakistan, Shireen Mazari mengajukan tuntutan resmi kepada PBB agar gelar tersebut dicabut.
Tuntutan itu bukan tanpa dasar. Istri penyanyi Nick Jonas ini dinilai telah mengumbar keberpihakan kepada Pemerintah Perdana Menteri Narendra Modi, yang bermuara pada ancaman perang.
Priyanka disebut telah mendukung posisi pemerintah nasionalis di wilayah Kashmir yang dikontrol India.
Mazari mengatakan patriotisme ekstrem dan dukungan Priyanka terhadap Modi, serta dukungan untuk perang, bahkan perang nuklir, telah melukai kredibilitas PBB.
Baca juga: Cari Rumah Baru, Priyanka dan Nick Jonas Sisihkan Dana Rp 285 Miliar
Pemerintah Modi pun telah melanggar konvensi internasional dan resolusi Dewan Keamanan PBB tentang Kashmir.
"Jika gelarnya sebagai Duta Kebaikan PBB tak dicabut, maka ide PBB untuk membawa perdamaian lewat gelar tersebut hanya akan menjadi cemoohan di seluruh dunia."
Kecaman
Baru-baru ini, Priyanka juga dikecam karena unggahan di akun Twitter pada Februari lalu, di tengah eskalasi ketegangan antara India dan Pakistan di wilayah sengketa Kashmir.
Pada sebuah acara di Los Angeles, Amerika Serikat awal bulan ini, Priyanka disebut munafik oleh seorang warga AS asal Pakistan, Ayesha Malik.
Ayesha pun menilai Priyanka mendorong perang nuklir India untuk melawan Pakistan. Hal ini jelas tak sejalan dengan gelar yang disandangnya.
"Agak sulit mendengar Anda berbicara tentang kemanusiaan, karena kami sebagai tetangga Anda dari Pakistan merasakan yang sebaliknya."
"Saya tahu Anda munafik, karena unggahan Twitter Anda pada 26 Februari lalu," ungkap Ayesha.
Kala itu, Priyanka mengunggah tweet yang mendukung aksi jet tempur India menyeberang ke wilayah Pakistan, untuk melakukan serangan udara.