Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mitos-mitos yang Banyak Beredar Seputar Anak Autis dan Kebenarannya

Kompas.com - 24/08/2019, 11:22 WIB
Wisnubrata

Editor

Sumber

KOMPAS.com - Gangguan spektrum autisme, atau autism spectrum disorder (ASD), adalah gangguan perkembangan yang memengaruhi cara bersosialisasi dan berkomunikasi dengan orang lain.

Gejala autisme dapat terjadi semenjak masa kanak-kanak. Anak autis pada umumnya memiliki masalah komunikasi, mengutarakan ekspresi, hingga kesulitan memahami perasaan orang lain.

Pemahaman masyarakat terhadap anak autis kini sudah lebih baik ketimbang 5 atau 10 tahun sebelumnya. Meski demikian, tidak sedikit orang yang percaya akan mitos-mitos dan stereotip yang belum tentu benar mengenai anak autis, tanpa memahami hal yang sebenarnya.

Oleh karena itu, mari kita telaah beberapa mitos dan stereotip mengenai anak autis yang banyak beredar beserta fakta yang sebenarnya. Berikut tujuh mitos dan stereotip dari anak autis:

1. Anak autis dapat menjadi anak jenius atau memiliki gangguan intelektual

Tidak semua anak autis memiliki intelektual yang luar biasa dan tidak semua anak autis memiliki gangguan intelektual yang membuatnya menjadi tidak cerdas. Autisme tidak memengaruhi intelegensi seseorang.

Faktanya, terdapat berbagai tingkat intelegensi pada anak-anak autis. Ada yang memiliki intelegensi di bawah rata-rata, ada yang di atas rata-rata, dan ada yang di rata-rata. Selain itu, tiap anak autis memiliki kemampuan dan kapabilitas yang berbeda-beda.

2. Anak autis tidak ingin berteman

Anak-anak autis memang memiliki masalah dalam sosialisasi dan komunikasi. Namun, ini bukan berarti anak-anak autis tidak ingin berteman dengan orang lain.

Anak autis mungkin terkadang terkesan tertutup dan tidak ramah, tetapi sebenarnya anak autis hanya kesulitan dalam cara bersosialisasi dan menyampaikan keinginannya kepada orang lain.

3. Anak autis tidak dapat merasakan emosi dan mengekspresikan emosinya

Anak autis tetap dapat merasakan emosi serta mampu mengekspresikan emosi tersebut. Hanya saja, anak-anak autis memiliki cara yang berbeda dalam mengekspresikan emosi yang mereka rasakan.

Anak autis memiliki kesulitan dalam menangkap komunikasi yang tersirat dan tidak langsung, seperti sarkasme atau gerakan tubuh.

Namun, jika orang-orang di sekitarnya menyampaikan emosi yang dirasakan secara langsung dan tidak tersirat, anak-anak autis dapat menangkap emosi tersebut dan mungkin dapat berempati dengan orang sekitarnya.

4. Vaksin menyebabkan anak autis

Halaman:
Sumber
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com