KOMPAS.com - Banyak informasi beredar soal penyebab autisme, yang belum terbukti kebenarannya, seperti soal vaksin yang disebut sebagai penyebab autisme.
Menurut National Institute of Neurological Disorders and Stroke, peneliti mengaitkan sejumlah keabnormalan gen dengan autisme dan percaya bahwa perpaduan genetik dan lingkungan kemungkinan berperan. Lima hal berikut telah dikesampingkan sebagai penyebab autisme, yakni:
Gerakan anti-vaksin yang muncul, dipicu oleh klaim "ilmiah" di akhir 1990-an yang telah sejak lama didiskreditkan. Meskipun demikian, legenda itu tetap hidup sampai sekarang.
Sebuah studi tahun 2011 oleh Institute of Medicine melaporkan delapan vaksin yang diberikan kepada anak-anak dan orang dewasa, sangat aman.
Pada 2013, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit di AS (CDC) juga mengatakan bahwa vaksin tidak menyebabkan autisme.
Baca juga: Kenali 7 Tanda Autisme pada Bayi dan Balita
Sebuah studi di Denmark yang melibatkan lebih dari 600.000 kelahiran, menemukan tidak ada hubungan antara autisme dengan penggunaan antidepresan selama kehamilan.
"Peneliti memang menemukan ada peningkatan risiko yang sangat kecil, namun itu ditemukan pada wanita yang sebelum hamil minum antidepresan bukan saat mereka hamil," kata Van Groningen M.D., internis di NYU Langone Medical Center.
"Berdasarkan literatur saat ini, tidak ada bukti kuat untuk mendukung hubungan kausal antara pola makan dan autisme," kata Groningen.
Banyak orangtua menerapkan diet khusus, seperti makanan bebas gluten, untuk membantu anak mereka yang autis.
Tapi, ini tidak berarti bahwa autisme pada anak disebabkan oleh makanan yang mengandung gandum atau susu.
Baca juga: Mitos-mitos yang Banyak Beredar Seputar Anak Autis dan Kebenarannya
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.