Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 26/08/2019, 08:06 WIB
Nabilla Tashandra,
Lusia Kus Anna

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Meski sibuk bekerja, memberikan ASI secara eksklusif kepada bayi bukan hal yang mustahil. Dengan manajemen ASI perah yang baik, bayi bisa mendapatkan nutrisi terbaik walau tidak disusui secara langsung.

Ada beberapa hal yang harus diketahui ibu menyusui dalam menyimpan ASI perah agar tidak mudah rusak.

"Penyimpanan ASI paling baik adalah yang segar, yang baru diperah," kata Konselor Laktasi dr. Ameetha Drupadi, CIMI.

ASI wajib disimpan dalam kulkas. Semakin dingin ruangan tempat menyimpan, maka ASI akan semakin awet.

ASI yang baru diperah lalu disimpan dalam suhu ruangan atau ruangan dengan pendingin bersuhu 20 hingga 25 derajat Celcius bisa bertahan enam sampai delapan jam.

Sementara ASI yang disimpan pada kulkas dengan suhu kurang lebih -4 derajat Celcius bisa bertahan selama dua sampai lima hari, tergantung dengan jenis pendinginnya.

Jika pendingin memang digunakan khusus untuk menyimpan ASI, maka ASI bisa bertahan lebih lama hingga lima hari. Namun, jika pendingin merupakan kulkas yang digabung dengan makanan lain, ASI hanya bisa bertahan dua hingga tiga hari.

"Ada kulkas yang freezer-nya terpisah, itu biasanya lebih dingin dari -18 derajat, penyimpanan kurang lebih bisa sampai tiga bulan," tuturnya.

Sedangkan jika freezer hanya memiliki satu pintu yang sama dengan ruang penyimpanan lainnya di kulkas, ASI yang disimpan biasanya hanya bertahan sampai satu bulan.

Daya tahan ASI akan lebih kuat lagi jika disimpan di dalam deep freezer, yakni bisa lebih dari enam bulan.

"Deep freezer yang biasa digunakan untuk menyimpan es krim atau daging, bisa bertahan di atas enam bulan."

"Suhunya lebih dari -20 derajat. Jadi lebih dingin lagi," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com