Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

7 Hal yang Terjadi Saat Berhenti Mengonsumsi Pemanis Buatan

Kompas.com - 26/08/2019, 14:15 WIB
Ariska Puspita Anggraini,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pemanis buatan kerap digunakan sebagai alternatif gula murni. Banyak orang beranggapan, pemanis buatan dapat membantu menurunkan berat badan dan tekanan darah tinggi karena mengandung kalori kosong.

Padahal, terlalu banyak mengonsumsi pemanis buatan juga berefek negatif pada kesehatan kita. Melansir Hello Sehat,  BPOM sudah mengatur penggunaan pemanis buatan.

Contohnya aspartam, batas konsumsinya per hari adalah 40 mg/kg. Artinya jika berat badan kita 60 kg, maka batas konsumsi aspartam dalam sehari adalah 2400 mg.

Sebagai perbandingan, satu kaleng soda diet mengandung kadar aspartam sekitar 180 mg. Dengan begitu dalam sehari Anda diperbolehkan mengonsumsi kurang lebih 13 kaleng soda diet.

Baca juga: Pemanis Buatan Justru Memicu Diabetes?

Demi kesehatan tubuh, sebaiknya kita benar-benar menghindari konsumsi pemanis buatan. Berikut tujuh hal yang terjadi saat kita berhenti mengonsumsi pemanis buatan.

1. Mengatasi masa plateu

Masa plateu merupakan kondisi di mana berat badan tidak bisa turun lagi dalam kurun waktu tertentu, meski kita telah mengonsumsi makanan sehat dan berolahraga.

Menurut pakar metabolisme, Caroline Cederquist, banyak orang mengonsumsi lima atau enam kali soda diet agar kenyang sepanjang hari tanpa menumpuk terlalu banyak kalori.

Padahal, pemanis buatan sama sekali tak memengaruhi turunnya berat badan.

"Pemanis buatan yang dikonsumsi sendiri, tanpa makanan, dapat memicu pelepasan insulin, karena tubuh mengharapkan sesuatu yang manis," ucap Cederquist.

Daripada menggunakan pemanis buatan, sebaiknya kita makan dengan teratur untuk mencegah lonjakan insulin dan menurunkan berat badan.

Baca juga: Bahaya Pemanis dari Sirup Jagung Terhadap Daya Ingat

 

2. Berat badan bisa saja meningkat

Menurut Dr Cederquist, banyak orang beranggapan gula murni lebih sehat daripada pemanis buatan.

Padahal, gula murni mengandung kalori kosong yang menyebabkan kenaikan berat badan. Untuk menghindari hal ini, ganti minuman diet dengan air atau teh herbal tanpa pemanis.

Selain itu, pastikan kita mengonsumsi makanan yang mengandung lemak sehat dan serat agar kenyang lebih lama.

Baca juga: Seberapa Sehat Pemanis Alami Rendah Kalori?

3. Keinginan mengonsumsi makanan manis hilang

Dalam penelitian yang dilakukan University of Sydney, makanan yang mengandung pemanis buatan membuat sistem otak kita berpikir membutuhkan lebih banyak gula dan kalori.

"Temuan ini semakin memperkuat gagasan varietas 'makanan bebas gula' dan olahan mungkin tidak memiliki banyak manfaat seperti yang kita perkirakan," kata penulis studi Herbert Herzog.

Ketika otak menginginkan makanan manis dan tidak mendapatkan kalori yang diharapkan, keinginan untuk mengonsumsi makanan manis itu perlahan menghilang. Tanpa pemanis buatan, keinginan tersebut bisa kita atasi dengan maksimal.

4. Risiko diabetes berkurang

Pemanis buatan juga dapat meningkatkan diabetes tipe 2. Riset 2009 dalam jurnal Diabetes Care menemukan mengonsumsi soda diet sebagai pengganti gula dapat meningkatkan kemungkinan terkena diabetes tipe 2 sebesar 67 persen.

Para peneliti menemukan, minuman dengan pemanis buatan dapat meningkatkan kadar glukosa puasa yang lebih tinggi dan lingkar pinggang yang lebih besar.

Dua hal itulah yang memicu penyakit diabetes. Karena pemanis buatan bebas kalori, inilah yang menyebabkan naiknya keinginan untuk mengonsumsi makanan manis karena bebas kalori.

Baca juga: Pemanis Buatan Justru Memicu Diabetes?

 

5. Mengatasi sakit kepala

Pemanis buatan bisa memicu sakit kepala karena kekurangan kafein. Namun menurut Dr Cederquist, rasa sakit itu dapat mereda seiring waktu dan dapat diminimalisir dengan mengurangi kafein secara perlahan.

6. Pencernaan lebih sehat

Perkembangan bakteri baik dalam pencernaan turut berpengaruh pada risiko obesitas.

Menurut sebuah penelitian pada hewan pada tahun 2013, mengonsumsi pemanis buatan dapat membantu menumbuhkan jumlah bakteri baik dalam usus dan meminimalisir risiko berat badan.

Riset dalam Journal of Toxicology dan Environmental Health juga telah membuktikannya.

Sebelumnya, muncul mitos pemanis buatan tidak mengalami pengubahan saat melewati sistem pencernaan, sehingga tidak menimbulkan bahaya.

Namun, para peneliti menemukan beberapa jenis pemanis buatan mengalami metabolisme dan berpotensi mengubah susunan bakteri usus.

Usus yang sehat penting bagi sistem kekebalan tubuh, metabolisme, dan kesehatan tubuh. Demi keseimbangan bakteri dalam usus, hindarilah konsumsi gula buatan.

Baca juga: Studi: Tak Dibutuhkan Gula pada Secangkir Teh

7. Meningkatkan kualitas ASI

Menurut penelitian, pola makan membentuk rasa ASI dan memengaruhi preferensi makanan bayi nantinya.

Makanan yang dapat memengaruhi asi, khususnya kacang polong, wortel dan pemanis buatan.

Satu studi tahun 2015 dari National Institutes of Health menemukan adanya sucralose, acesulfame-K, dan sakarin dalam ASI dari 65 persen wanita yang menjadi subjek penelitian.

Diperlukan lebih banyak penelitian untuk menentukan konsekuensi pemanis buatan pada ASI.

Namun, penelitian membuktikan pemanis buatan membuat rasa ASI lebih manis dari biasanya, yang dapat membuat anak-anak hobi mengonsumsi makanan manis.

Baca juga: 6 Fakta Seputar Gula, dari Jenis hingga Batas Konsumsinya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com