Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 28/08/2019, 06:49 WIB
Nabilla Tashandra,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

Sumber Mirror

Sikap optimis juga bisa datang dari titik rendah dalam hidup, kehilangan atau sesuatu yang mengguncang norma.

Situasi tersebut dapat membuat seseorang menjadi lebih positif dalam menghadapi hidupnya di masa depan, karena ingin hidup lebih bahagia dan ingin memiliki rasa 'cukup'.

"Sehingga mereka merasa perlu membuat perubahan untuk menjadi lebih baik," katanya.

Sikap optimis adalah bagaimana kita terus berpikir positif dan penuh harapan tentang segala sesuatu di masa depan.

Bahkan ketika menghadapi situasi yang buruk, seseorang yang optimis bisa melihat sisi positif dan percaya diri.

Menurut Rebecca, ini adalah bagaimana kita bersikap atas suatu ketidakpastian. Hal ini bisa dipelajari dan dibangun.

"Kita semua bisa menjadikan diri pribadi yang optimis," katanya.

Dengan bersikap positif terhadap masa depan dan bersyukur atas apa yang telah dimiliki dalam hidup, kita bisa merasa lebih positif dari hari ke hari, serta berharap segala sesuatunya bisa berjalan dengan baik.

Baca juga: Bahaya Pelihara Sikap Pesimis

Namun, ketika pikiran kita negatif, segala sesuatunya akan terasa melelahkan.

Penting pula untuk diingat, bahwa kita tidak perlu setiap waktu berpikir positif tentang semua hal.

Optimisme tetap harus realistis. Normal jika kamu merasa sedih atau kecewa, bahkan jika kamu merasa sudah menjadi pribadi yang optimis.

Namun, ketika situasi yang sulit tiba, mereka yang bersikap optimis akan cenderung mampu melalui masa-masa itu dengan lebih mudah dan disertai pikiran positif.

Psikolog Hope Bastine meyakini, penting untuk menganggap optimisme tidak sebagai tipe kepribadian, melainkan sebagai cara berpikir.

Menurutnya, kita tidak bisa mengubah tipe kepribadian namun kita bisa mengubah gaya berpikir kita.

"Jadi, kamu bisa mengubah pola pikir pesimis menjadi optimis," ujarnya.

Caranya, adalah dengan mengidentifikasi pola pikir pesimis yang biasa muncul secara otomatis, menelusuri perasaan-perasaan yang terhubung dengan pikiran tersebut, menyadari alternatifnya dan mengubah pola pikir negatif menjadi positif. Kemudian, cek apakah cara tersebut berhasil.

"Semakin sering kita mempraktikannya, akan semakin cepat pola pikir tersebut menjadi pola pikir alami kita," kata Bastine.

Psikolog konsultan dan Co-founder The Chelsea Psychology Clinic, Dr Elena Touroni mengatakan, menjadi seorang yang optimis adalah bagaimana kita mampu memanfaatkan dan melatih dua kualitas penting, yaitu:

1. Bersyukur

Kita bisa melatih pikiran kita untuk lebih perhatian dengan hal-hal positif yang kita alami.


2. Menanamkan sikap positif

Selain bersyukur, kita juga harus memersiapkan ruang untuk mengenali pikiran-pikiran dan perasaan negatif dalam diri kita. Kita juga harus belajar merelakannya dan menggantikan dengan nilai-nilai positif.

Baca juga: 10 Kebiasaan Utama Orang-orang Optimis

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Sumber Mirror
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com