Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wayang Golek, Bisnis "Sekarat" di Tengah Gempuran Zaman

Kompas.com - 29/08/2019, 15:17 WIB
Reni Susanti,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

Sedangkan buruh bangunan bisa mengantongi upah bersih Rp 75.000-100.000 per hari.

Maka tak heran jika regenerasi seniman wayang golek menjadi "sekarat" karena para pekerjanya berganti mata pencarian.

"Dari awalnya mengecat wayang menjadi mengecat bangunan," kata dia.

Tatang pun mengaku bertahan menggeluti dunia wayang golek, karena tidak memiliki banyak keahlian. Ia hanya memiliki kemampuan di bidang ini.

Kampung Wayang Urban

Nama Kampung Wayang Urban (urang Bandung) tempat di mana Tatang berada, disematkan Dinas Pariwisata Kota Bandung pada Galeri Ruhiyat.

Sebab, galeri ini bertahan puluhan tahun di tengah Kota Bandung yang padat penduduk dan heterogen.

Berbeda dengan kampung wayang lainnya, seperti Jelekong di Kabupaten Bandung, kampung wayang Urban hanya berdiri sendiri.

Lokasinya berada di dalam gang yang hanya cukup dilalui motor atau berjalan kaki.

Namun bila tidak ahli mengendarai motor, ada baiknya berjalan kaki. Sebab, pengunjung akan kebingungan bila berpapasan dengan motor lainnya.

Baca juga: Menarik, Kombinasi Keroncong dan Wayang Jadi Congwayndut

Generasi ketiga

Tatang merupakan generasi ketiga di keluarganya yang menggeluti wayang. Masa keemasan terjadi pada masa ayahnya, Ruhiyat.

"Ayah mulai menggeluti wayang pada tahun 1955. Wayangnya selalu dibeli Presiden Soekarno," ucap dia.

Saat kecil, Tatang pernah bertemu Bung Karno. Namun saat itu ia belum mengerti apa pun. Apalagi transaksi wayang lebih banyak lewat pasukan Cakrabirawa, perwakilan dari Istana.

Berkat wayang, sang ayah kerap dipanggil ke berbagai negara. Dari tangan sang ayah pula, Tatang tertarik dengan dunia wayang, dan mulai belajar membuatnya saat berumur 12 tahun.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com