Karena keterbatasan waktu, bahan untuk membuat produk fast fashion tidak mengalami tes pencucian dan uji coba pemakaian sehingga tidak terjamin kualitasnya.
Harga yang lebih murah juga membuat produsen lebih memilih menggunakan campuran serat sintetis untuk meminimalisir harga produksi.
Untuk menentukan kualitas bahan, kita bisa melakukan pengecekan secara pribadi. Remas kain dalam beberapa detik, lalu lepaskan. Jika tetap kusut, bisa jadi bahan yang digunakan tidak mengalami pengujian.
Hampir 40 persen pakaian yang diproduksi biasanya terbuat dari katun dengan tekstur yang lembut, kuat biodegradable, dan dapat di daur ulang.
Bahan yang memiliki kualitas serupa adalah poliester, yang berasal dari batu bara dan minyak bumi.
Poliester menghasilkan emisi karbon dua kali lipat dari katun. Dibutuhkan 20-200 tahun agar poliester terurai.
Saat dicuci, bahan tersebut juga bisa menyebarkan racun ke tanah dan melepaskan mikrofiber ke lautan.
Di sisi lain, pakaian berbahan poliester lebih awet dan dianggap mendukung mode berkelanjutan, daripada sekian banyak pakaian yang dianggap ramah lingkungan.
Baca juga: Adidas x Byborre Bikin Koleksi Fesyen Ramah Lingkungan
2. Menggunakan bahan baku lokal
Selama berabad-abad, industri tekstil adalah bagian penting dari ekonomi Inggris. Seluruh bahan baku diperoleh dari negara asal. Namun, semua itu hanyalah masa lalu.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.