Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
DR. dr. Tan Shot Yen, M.hum
Dokter

Dokter, ahli nutrisi, magister filsafat, dan penulis buku.

Mimpi Sehat Gaya Teknokrat dan Birokrat, Mungkinkah?

Kompas.com - 06/09/2019, 20:41 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

 

Upaya satu ini amat berharga justru bagi yang sudah sakit, agar tercegah dari komplikasi penyakit berikutnya.

Biaya berobat menjadi mahal, justru ketika pasien diabetes jatuh menjadi stroke dan gagal ginjal. Begitu pula pasien hipertensi dan sindroma metabolik terperosok jadi gagal jantung.

Perlu ada strategi kebijakan yang tidak hanya mengakomodasi mereka sebagai pemakai fasilitas berobat.

Bagi orang-orang yang disiplin membayar iuran asuransi tapi klaim berobatnya amat jarang apalagi tidak pernah menggunakan fasilitas berobat, justru perlu mendapat apresiasi.

Bukan soal solidaritas belaka, tapi mereka ini adalah contoh, panutan kelompok masyarakat yang mampu jaga diri, sukses melaksanakan upaya preventif dan promotif.

Baca juga: Ketika Manusia Tak Bisa Melihat Versi Terbaik dari Dirinya

Apresiasi dan ‘fasilitas khusus’ seperti bonus yang semakin menunjang taraf kesehatan membuat para peserta asuransi atau BPJS terhindar dari mangkir membayar kewajiban iuran.

Di sisi lain, muncul pertanyaan baru: seberapa kompetennya tenaga-tenaga kesehatan kita terlatih dan terdidik baik untuk membimbing, memberdayakan para pasiennya di upaya preventif dan promotif ini?

Tenaga kesehatan bisa jadi mumpuni, tapi bila tidak didukung dengan semua kebijakan yang suportif, maka yang ada nantinya wajah-wajah frustrasi berakhir dengan etos kerja ‘seadanya’. Atau mudah dihasut dengan iming-iming materi.

Masih dari studi Helen Keller International, 50% penganjur asupan susu formula justru tenaga kesehatan.

Bukan rahasia umum, pulang bersalin ibu-ibu mendapat ‘goody bag’ dari rumah bersalin dengan sponsor industri susu formula.

Baca juga: Ketika Menyusui Hanya Sekedar Memberi ASI

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com