Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa yang Harus Dilakukan untuk Melindungi Kesehatan Saat Kabut Asap?

Kompas.com - 14/09/2019, 15:40 WIB
Wisnubrata

Editor

Sumber

KOMPAS.com - Masyarakat di Riau sedang menghadapi persoalan kabut asap akibat kebakaran lahan. Selain memengaruhi jarak pandang, kabut asap semacam ini, tentu berisiko menimbulkan gangguan kesehatan.

Gangguan yang dimaksud, mulai dari infeksi saluran saluran pernapasan atas (ISPA) hingga pneumonia. Lantas, langkah apa yang sebaiknya dilakukan saat menghadapi kabut asap?

Dokter spesialis penyakit dalam, dr. Yeny Tanoyo, Sp.PD kepada SehatQ menyebut ada beberapa langkah yang penting dilakukan ketika terjadi kabut asap.

Patuhi instruksi evakuasi

Dalam kondisi seperti ini, pemerintah daerah setempat diharapkan bisa mengevakuasi penduduk dari daerah dengan kabut asap yang berat. Kabut asap akibat kebakaran hutan, mengandung campuran gas dan partikel dari pohon-pohon serta tanaman lain yang terbakar.

Asapnya bisa menimbulkan rasa sakit pada mata, iritasi pada sistem pernapasan. Bahkan yang terparah, asap akibat kebakaran hutan, bisa menyebabkan sakit jantung dan paru-paru.

Oleh karena itu, apabila pemerintah daerah setempat sudah mengeluarkan instruksi evakuasi, kita harus menaatinya.

Pemakaian masker

Saat ini mungkin Anda telah mengenakan masker untuk menghadapi kondisi jalanan penuh asap maupun polusi. Namun, masker apa yang sebenarnya baik untuk menyaring udara saat terjadi kabut asap akibat kebakaran hutan?

Masker bedah, yang bisa diperoleh dengan mudah, memang dirancang untuk menyaring partikel besar. Namun, masker jenis ini tidak bisa menyaring partikel kecil. Akibatnya, sebanyak 60-70% partikel masih bisa menembus saluran pernapasan.

Untuk beraktivitas di luar ruangan saat terjadi kabut asap, Anda disarankan menggunakan masker jenis N95. Masker jenis ini cukup efektif menghalau 90% partikel dari kabut asap.

Namun, masker N95 sebaiknya hanya dipakai selama 8 jam (disposable). Selain itu, masker N95 tidak disarankan untuk anak-anak, wanita hamil, lansia, pasien dengan penyakit jantung, serta penyakit paru kronis.

Siapa yang paling berisiko ?

Kabut asap tentu akan memengaruhi kesehatan semua orang. Namun, tiga kelompok individu ini paling berisiko mengalami gangguan kesehatan akibat kabut asap.

Penderita penyakit jantung maupun paru-paru

Orang-orang yang menderita sakit jantung, paru-paru, maupun asma, memiliki risiko lebih tinggi terhadap gangguan kesehatan, saat terjadi kabut asap.

Lansia

Para lansia bisa berisiko lebih tinggi mengalami gangguan kesehatan karena kabut asap, akibat tingginya potensi mereka terhadap sakit jantung dan paru-paru.

Anak-anak

Saluran pernapasan anak-anak masih berkembang dan belum sempurna. Dibandingkan orang dewasa, anak-anak juga ternyata menghirup udara lebih banyak.

Selain itu, anak-anak cenderung banyak menghabiskan waktu di luar ruangan untuk beraktivitas, termasuk bermain.

Apa yang harus dilakukan?

Apabila Anda tinggal di daerah yang rawan mengalami kabut asap, mempelajari dan melakukan langkah-langkah berikut ini, dapat mengurangi risiko terhadap gangguan kesehatan yang mungkin muncul.

Pastikan kualitas udara di dalam rumah tetap baik

Saat berada di dalam rumah, pastikan jendela dan pintu dalam kondisi tertutup. Jika tersedia, nyalakan pendingin ruangan atau air conditioner (AC).

Apabila tidak memiliki AC dan merasa terlalu panas berada di dalam rumah dengan kondisi jendela tertutup, maka ada baiknya Anda menuju pengungsian maupun pusat evakuasi, yang jauh dari area kabut asap.

Hindari aktivitas di dalam ruangan yang bisa sebabkan polusi

Menyalakan lilin maupun kompor gas, bisa meningkatkan polusi di dalam ruangan. Selain itu, menyedot debu dengan vacuum cleaner, bisa meningkatkan perputaran partikel debu, yang malah menyebabkan polusi di dalam ruangan. Begitu pula dengan aktivitas merokok. Oleh karena itu, hindarilah hal-hal tersebut.

Patuhi perintah evakuasi

Anda disarankan untuk tetap memantau berita mengenai kabut asap. Jika ada instruksi untuk menjalani evakuasi dari pemerintah daerah setempat, taatilah perintah tersebut.

Bawalah hanya barang-barang yang diperlukan. Ikuti jalur evakuasi yang sudah ditentukan. Sebab, sejumlah jalur mungkin telah ditutup.

Lindungi diri saat membereskan tempat tinggal

Membereskan rumah kembali setelah terjadi kabut asap, bisa membuat Anda terekspos pada abu maupun partikel lainnya. Zat-zat tersebut dapat menimbulkan iritasi pada mata, hidung, kulit, serta mengakibatkan batuk, dan gangguan kesehatan lainnya.

Oleh karena itu, pastikan Anda melindungi tubuh dengan baik, saat membereskan tempat tinggal, setelah kabut asap berlalu.

Perlukah berkonsultasi dengan dokter?

Jika Anda mengalami asma maupun penyakit paru-paru lainnya, konsumsilah obat sesuai petunjuk dokter. Anda juga disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter, apabila gejala-gejalanya semakin parah.

Dr. Yeny Tanoyo, Sp.PD menjelaskan, selain menimbulkan ISPA, kabut asap pun bisa mengakibatkan pneumonia, asma, serta penyakit paru obstruktif kronis (PPOK).

Selain itu, dr. Yeny melanjutkan, penelitian menunjukkan, kabut asap dapat meningkatkan kekambuhan penyakit jantung iskemik dan gagal jantung. Sebagai dampaknya, serangan jantung bisa terjadi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com