Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Jenis Olahraga yang Bikin Tinggi, Mitos atau Fakta?

Kompas.com - 16/09/2019, 17:31 WIB
Wisnubrata

Editor

Sumber

KOMPAS.com - Ada beberapa olahraga yang ‘diklaim’ dapat memanjangkan otot dan meninggikan badan. Meski demikian, bukan olahraga yang memegang peran penting. Tetap faktor genetik yang menentukan.

Kabar baiknya, memang beberapa olahraga bisa membuat postur tubuh seseorang tampak lebih bagus dan memberi kesan tinggi. Tak hanya itu, olahraga yang dilakukan rutin pun membantu agar otot tidak kaku.

Melihat para pemain basket dan perenang yang hampir seluruhnya bertubuh tinggi membuat kita mengira bahwa kedua olahraga tersebut dapat menambah tinggi badan. Benarkah demikian?

Kita akan bedah beberapa klaim olahraga bikin tinggi berikut ini.

Basket

Pertama, kita bahas tentang olahraga basket. Gerakan-gerakannya sarat dengan lari jarak pendek, berhenti, dan melompat.

Nyatanya, ketika melompat untuk mengoper atau memasukkan bola, berat badan justru menekan tulang dan otot.

Setelah melompat, pemain basket akan kembali ‘mendarat’. Ketika proses ini, lagi-lagi terjadi kompresi di tulang belakang.

Kegiatan kompresi dan dekompresi selama bermain basket ini diklaim dapat menstimulasi aliran darah, bukan menambah tinggi badan seseorang.

Baca juga: Diet pada Anak Bisa Hambat Pertumbuhan Tinggi Badan

Berenang

Ilustrasi berenangendopack Ilustrasi berenang
Bukan olahraga yang langsung bikin tinggi, tapi memang mereka yang bertubuh tinggi akan cenderung jago olahraga renang karena membantu mereka berenang dengan lebih optimal.

Tangan, kaki, hingga punggung yang lebih panjang memberi mereka penampang yang lebih lebar untuk bergerak maju ke depan. Lihat saja rata-rata perenang di Olimpiade, setidaknya tinggi badan mereka adalah 188 cm untuk perenang pria dan 175 cm untuk perenang wanita.

Tubuh yang tinggi juga membuat para atlet renang bisa bergerak dengan lebih leluasa di dalam air. Tak hanya itu, mereka juga bisa melakukan berbagai gaya renang – punggung, dada, kupu-kupu, dan lainnya – dengan lebih mudah berkat tinggi badan.

Bandingkan saja dua atlet renang dengan tinggi badan berbeda. Perenang yang lebih tinggi akan bisa menjaga aliran air ke arahnya di level terendah.

Sementara perenang yang lebih pendek tetap bisa melakukan hal yang sama, hanya saja tenaga yang dikeluarkan lebih besar. Konsekuensinya, dia akan mudah kelelahan.

Artinya, berenang pun bukan olahraga bikin tinggi. Tapi orang-orang bertubuh tinggilah yang mendapatkan manfaat dari postur tubuh mereka ketika berenang.

Bagaimana dengan gerakan memanjangkan tubuh saat berenang?

Itu hanya sementara dan tidak akan bisa menciptakan perubahan drastis yang mendukung klaim bahwa olahraga bikin tinggi.

Meski demikian, berenang bisa membuat seseorang lebih kuat. Ketika bergerak di dalam air, semua otot dalam tubuh bekerja. Tak hanya itu, berenang adalah olahraga yang melibatkan bagian atas dan bawah tubuh tanpa menekan tulang terlalu berlebihan seperti angkat beban.

Baca juga: Rajin Berenang Tak Bikin Anak Tambah Tinggi

Lompat tali

ilustrasi lompat talishutterstock ilustrasi lompat tali
Olahraga yang diklaim bikin tinggi berikutnya adalah lompat tali. Jelas bahwa lompat tali melibatkan gerakan-gerakan yang membuat tulang belakang semakin tertarik dan memicu lempeng pertumbuhan.

Meski demikian, bukan tinggi badan bertambah yang jadi hasil akhirnya. Lompat tali lebih memberi manfaat membakar lemak hingga menstimulus hormon pertumbuhan yang meningkatkan tinggi badan.

Baca juga: Benarkah Lompat Tali Bisa Bikin Badan Tambah Tinggi?

Yoga dan Pilates

Ilustrasi yogapetrenkod Ilustrasi yoga
Berikutnya, yoga dan pilates layak masuk dalam daftar ini. Kedua olahraga ini fokus pada postur tubuh yang tepat dan teknik pernapasan yang tepat.

Kerap dipandang sebelah mata, rupanya teknik pernapasan justru kunci untuk membuat otot tetap rileks dan bisa ditarik semakin jauh.

Itu sebabnya yoga dan pilates dapat membentuk postur tubuh seseorang lebih baik. Memang bukan olahraga bikin tinggi, tapi olahraga semacam ini membuat seseorang lebih sadar akan bagaimana postur tubuh yang tepat sehari-hari.

Ini penting: sadar akan postur tubuh sendiri. Jika pekerjaanmu sehari-hari memaksa untuk duduk dalam durasi yang cukup lama, pasang alarm untuk mengingatkan berdiri atau berjalan ringan.

Selain itu, lakukan stretching sebelum kembali duduk. Cara ini akan membuat kamu terbiasa berada di postur tubuh yang baik.

Pada dasarnya, semua olahraga akan membuat badan sehat dan memicu bekerjanya hormon pertumbuhan sehingga pertumbuhan seseorang pun lebih optimal, meskipun bukan menjadi faktor penentu utama.

Baca juga: 7 Manfaat Yoga untuk Pria

Tinggi badan dan faktor genetik

Studi mengungkap ada hubungan antara tinggi badan dengan risiko kankerlive science Studi mengungkap ada hubungan antara tinggi badan dengan risiko kanker
Sebanyak 60-85% tinggi badan ditentukan oleh faktor genetik seseorang. Sisanya barulah faktor lingkungan, terutama asupan nutrisi.

Faktor genetik berarti bila kedua orangtua memiliki tubuh tinggi, maka besar kemungkinan anaknya juga tinggi.

Kita dapat memprediksi tinggi badan anak saat dewasa berdasarkan tinggi kedua orangtuanya. Rumusnya adalah sebagai berikut:

  • Tinggi badan anak laki-laki = (tinggi badan ayah + (tinggi badan ibu + 13 cm)) : 2
  • Tinggi badan anak perempuan = ((tinggi badan ayah – 13 cm) + tinggi badan ibu) : 2

Contoh: Tinggi badan ayah 172 cm, sementara tinggi badan ibu 158 cm. Bila memiliki anak laki-laki, maka perkiraan tinggi badannya adalah (172 cm + (158 cm + 13 cm)) : 2 = 171,5 cm. Sedangkan jika memiliki anak perempuan, maka perkiraan tinggi badannya adalah ((172 cm – 13 cm) + 158 cm) : 2 = 158,5 cm.

Selain faktor genetik, ketika seseorang mendapat asupan nutrisi yang tepat pada usia pertumbuhan, tubuhnya bisa jadi tumbuh lebih tinggi. Lihat contoh nyatanya di beberapa negara.

Jepang, misalnya. Setelah Perang Dunia, populasi warga Jepang kerap mengonsumsi ikan yang kaya protein. Akibatnya, rata-rata tinggi badan warga Jepang naik 7.62 cm.

Sementara Denmark, juga telah menjadi salah satu negara dengan penduduk paling tinggi di dunia. Hal ini tak lepas dari tingginya pendapatan per kapita negara tersebut. Logikanya: orang yang sejahtera dapat mengonsumsi makanan bernutrisi.

Memang makanan bukan jaminan membuat seseorang jadi lebih tinggi, namun nutrisi yang tepat dalam jangka panjang adalah hal yang berpengaruh terhadap faktor genetik.

Baca juga: Seberapa Besar Faktor Keturunan Memengaruhi Tinggi Badan Anak?

Bagaimana tubuh bertambah tinggi?

Pertumbuhan biasanya terjadi pada usia 18-25 tahun. Inilah periode ketika tulang seseorang bertambah panjang. Lempeng epifisis (epiphyseal plates) terus bertumbuh dan semakin cepat ketika seseorang berada di usia pubertas.

Ketika periode pertumbuhan berakhir, lempeng epifisis akan tertutup dan tulang berhenti bertambah panjang ataupun tinggi. Dari sini, tidak ada lagi pertumbuhan.

Menariknya, tulang belakang dan kantung udara bisa terkompresi. Artinya, ada kemungkinan seseorang bertambah pendek akibat tekanan yang dilakukan saat beraktivitas sehari-hari.

Tapi tenang, pengurangan tinggi badan ini hanya sekitar 1 persen. Bukan masalah besar, karena tulang belakang akan kembali terdekompresi ketika tubuh berbaring atau menggantung.

Hal ini juga berhubungan dengan klaim bahwa olahraga bikin tinggi.

Sejatinya, yang utama bukan hanya urusan olahraga bikin tinggi atau berapa tinggi badan seseorang. Justru yang terpenting adalah sadar akan postur tubuh yang tepat.

Sisanya, memastikan tubuh mendapat asupan nutrisi yang tepat dan berolahraga adalah hadiah demi mendapatkan tubuh yang sehat. Urusan tinggi atau tidak, kepercayaan diri yang lebih penting.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com