Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com, 17 September 2019, 17:08 WIB
Reni Susanti,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Evi NY (25) mengambil selembar brosur, dan lalu duduk membacanya di kursi salah satu gerai Pameran Katering Jawa Barat di Pusdai Bandung, Minggu (15/9/2019) lalu.

Evi bersama dua teman perempuannya adalah sebagian kecil dari pengunjung pameran yang mencari paket catering untuk jadwal pernikahan yang mendekat.

“Aku nganter teman. Pengalamanku nikah tahun lalu, carilah vendor acara nikahan lewat pameran, jatuhnya lebih miring (harganya),” ujar Evi kepada Kompas.com.

Tahun lalu, Evi memilih paket menengah seharga Rp 70.000. Karena tamunya diperkirakan 1.000 orang, ia mengeluarkan dana untuk katering Rp 70 juta.

“Karena pesan via pameran, aku dapat bonus satu stand,” ucapnya.

Evy sengaja mencari berbagai vendor beberapa bulan sebelum menikah untuk menjaga ketersediaan.

Sebab, saat dia memesan katering, di hari yang sama, sudah ada beberapa yang ikut memesan.

Baca juga: Dari Bisnis Rumahan, Usaha Katering Kini Sudah Jadi Industri

Bisnis menjanjikan

Ketua DPC Asosiasi Perusahaan Jasaboga Indonesia (APJI) Kota Bandung, Disa Sandy Ardyansyah mengatakan, bisnis wedding catering memang sangat menjanjikan.

Sebab, setiap saat selalu ada orang yang menikah dan mereka butuh makanan. Jadi, selama ada pernikahan, bisnis katering sangat potensial.

“Pertumbuhannya setiap tahun pun pesat. Pengusaha katering juga terus bertambah setiap tahunnya,” ungkap dia.

Saat ini anggota APJI yang terdaftar mencapai 173 katering. 

Peningkatan anggota terjadi seiring dengan permintaan yang juga terus meningkat. Untuk katering besar, bisa melayani 15-20 event per bulan.

Jumlah itu bisa meningkat lima kali lipat saat bulan Dzulhijjah yang dikenal sebagai bulan hajatan.

Baca juga: Cara Pilih Katering untuk Calon Pengantin

“Kalau dulu, bulan Safar atau ada bulan lainnya yang sepi nikahan. Tapi kalau sekarang, setiap bulan pasti ada order karena ada pernikahan,” imbuh Disa.

Pria yang juga pemilik Celdi Catering ini mengatakan, bisnis ini nyaris tak terpengaruh kondisi ekonomi nasional ataupun dunia.

Kalau harga bahan baku naik, pengusaha tinggal menaikkan harga katering. Kondisi itu tak memengaruhi jumlah permintaan.

Baca juga: Hitungan agar Katering Pesta Pernikahan Tak Mubazir

“Selama ini permintaan tak hanya dari warga Kota Bandung. Dari luar kota seperti Tasikmalaya, Cianjur, Sukabumi, dan Bogor nyarinya ke Bandung,” tutur dia.

Untuk pameran tiga hari kali ini, pihaknya menargetkan nilai transaksi sebesar Rp 7 miliar, alias naik Rp 2 miliar dari perolehan pameran sebelumnya dua tahun lalu Rp 5 miliar.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau