"Namun yang jelas, memakai vape memang mengarah pada konsekuensi kesehatan yang semakin besar, dan juga melahirkan generasi baru pengguna nikotin," tegas dia.
Adam mengaku, dia dan kawan-kawannya pernah mendengar peringatan mengenai bahaya penggunaan rokok elektrik.
Peringatan itu datang dari orangtua dan juga kalangan guru. Namun, Adam tidak percaya mengenai betapa bahayanya kebiasaan yang dia jalani itu.
Dia pun tetap melanjutkan kebiasaannya memakai vape, dan bisa menghabiskan satu setengah tabung vape sehari.
"Orang-orang mungkin hanya melihat pod vape yang sedemikian kecil dan lalu berpikir, bagaimana mungkin ini bisa merusak tubuh saya?" kata Adam.
Adam membeli vape pertama kali di pasar swalayan, meskipun saat itu dia masih tergolong di bawah umur.
Baca juga: Hampir 100 Kasus Penyakit Paru-paru Misterius Berkaitan dengan Vape
Baru di tahun 2018 lalu, Adam mulai membeli perangkat vape yang diisi THC yang disebut dab stick, yang dijual di jalanan.
Awalnya, Adam merasa seperti mengalami flu dan kemudian muntah-muntah. Ketika gejala itu berlanjut, dia lalu membangunkan sang ibu pada pagi harinya.
"Setelah mendapat penanganan di ruang gawat darurat dengan obat anti mual, dia tampak lebih baik," kata ibu Adam, Polly Hergenreder.
Pejabat di dinas layanan kesehatan setempat mengatakan, beberapa dari pasien sejenis mengaku mengalami muntah atau diare, serta kesulitan bernafas secara bertahap, sesak napas hingga nyeri dada.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.