“Untuk mengetahui lebih detil bagaimana mekanisme vape menimbulkan kerusakan pada paru dan saluran pernapasan, memang membutuhkan penelitian lebih dalam,” kata dia.
“Seperti pada hewan, tikus misalnya, diberi vape selama berapa lama dan bagaimana hasilnya. Pada manusia bisa (juga), setelah meninggal (diduga) karena vape, diotopsi, lalu diteliti jaringan paru-paru.”
Tak digunakan
Dalam kesempatan terpisah, Dr Erlang Samoedro, Sp.P(K) berpendapat, selama belum pasti dan jelas, maka sebaiknya vape tidak digunakan.
Hal ini merujuk pada beberapa risiko kesehatan hingga kematian.
Terlebih, diakui Samoedro, kadar nikotin dalam vape pun dianggap cukup besar. Kondisi ini tentu membuat risiko kesehatan tersendiri.
Baca juga: Tak Cuma Bisa Rusak Paru-paru, Vape Pun Bisa Picu Kanker
Oleh karena itu, dokter Samoedro berpendapat untuk hidup lebih sehat dengan cara menghindari penggunaan produk yang mengandung nikotin, entah itu vape atau rokok.
Hal senada juga diunggapkan Mukhtar, untuk menghindari produk-produk tersebut, demi hidup yang lebih sehat.
“Jangan membuat kebiasaan perilaku tidak sehat (vape dan merokok), karena bisa mengganggu saluran pernapasan,” kata dia.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.